Mohon tunggu...
Yesty Yolanda
Yesty Yolanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Andalas

Student Exchange

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tari Piring sebagai Identitas Budaya Minangkabau

31 Maret 2021   23:18 Diperbarui: 3 Agustus 2023   11:20 5235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.co.id/amp/s/museumnusantara.com/tari-piring/amp/

Dari berbagai banyak tari tradisional yang terdapat di Minangkabau, Tari Piring merupakan icon dan identitas budaya masyarakat Minangabau secara umum. Dapat dipastikan setiap nagari (negeri) di Minangkabau membudayakan Tari Piring dalam kehidupannya. Tari Piring adalah tarian masyarakat Minangkabau secara universal. Oleh sebab itu, di nagari manapun akan dapat di jumpai pertunjukan Tari Piring yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Perbedaan Tari Piring antara nagari yang satu dan yang lainnya hanya terletak pada gaya memainkan dan struktur penyajiannya. Dahulu sampai masa kini Tari Piring menjadi pernyataan identitas suku bangsa Minangkabau, yang tidak d umpai pada suku Melayu lainnya di Nusantara, kecuali dilakukan dan dibudayakan oleh suku perantau Minangkabau itu sendiri seperti di Negeri Sembilan dan daerah lainnya di Nusantara. Fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Minangkabau baik di perantauan seperti di Negeri Sembilan Malaysia, Medan, dan Kepulauan Riau, Tari Piring merupakan icon identitas mereka sebagai orang Minangkabau perantauan.

Setiap acara yang bersifat sosial dan pesta perkawinan, Tari Piring hadir dalam peristiwa tersebut. Sebaliknya di daerah asal yaitu Sumatera Barat, berbagai event budaya dan kegiatan yang bersifat adat bahkan kepariwisataan, menggunakan dan memfungsikan Tari Piring sebagai icon acara yang dimaksud. Pada gilirannya keberadaan Tari Piring menjadi icon bagi berbagai kegiatan dan ritual adat oleh masyarakat atau suku bangsa Minangkabau.

Tari Piring digunakan oleh masyarakat Minangkabau dalam berbagai acara seremonial adat dan sosial. Acara-acara tersebut terkait dengan kepentingan adat dan kehidupan sosial masyarakat di nagari. Adapun acara tersebut seperti penobatan gelar penghulu, penobatan gelar pendekar, peristiwa (ritual) kematian, ritual kelahiran, pesta perkawinan, peresmian, penyambutan tamu agung, acara masa menuai, mendirikan rumah gadang.  

Tari Piring tradisional Minangkabau dipertunjukan dalam berbagai acara tradisi. Masyarakat menggunakan Tari Piring dalam fungsinya sebagai hiburan rakyat. Tari Piring juga memancarkan rasa keberanian dan rasa takjub dan cemas bagi penonton yang menyaksikan pertunjukannya sebagai media hiburan. Tari Piring secara tradisi digunakan untuk menghibur masyarakat dalam berbagai pesta adat, seperti yang sering dipertunjukan dalam acara pesta perkawinan. Selain dari acara pesta perkawinan Tari Piring juga digunakan dalam acara hiburan masyarakat dalam acara menuai (pesta panen), dan acara meresmikan balai adat, turun mandi anak (ritual kelahiran) dan hiburan masyarakat dalam kegiatan yang bersifat pemerintahan serta acara penobatan gelar pendekar. Tari Piring sengaja dipertunjukan dengan tujuan untuk menghibur rakyat. 

Tari Piring memiliki keunikan yang dapat menghibur rakyat, seperti teknik permainan piring, motif gerakannya, tingkat kesulitan, dan kecepatan serta dinamikanya. Hal ini membuat penonton harap-harap cemas dalam menyaksikan pertunjukannya, apalagi kalau dipertunjukan dengan menggunakan gerakan menginjak pecehan kaca, hal ini semakin membuat penonton merasa penasaran untuk menantikan akhir dari pertunjukan Tari Piring tersebut.

Aktivitas Tari Piring di Minangkabau dapat dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat di berbagai nagari. Kerana tempat kegiatan yang akan menerima keberadaan tari tersebut untuk dipertunjukan, masih terjaga, terpelihara dan dilakukan secara tradisi oleh masyarakat nagari. Pada gilirannya kelestarian dan keberadaan Tari Piring yang masih terpelihara tersebut, menandakan bahwa masyarakat Minangkabau memiliki loyalitas yang tinggi terhadap nilai-nilai kesenian tradisi, dan memiliki penghargaan yang tinggi terhadap identitas budayanya. 

Sebab itu, Tari Piring dapat dikatakan sebagai identitas sosial budaya masyarakat nagari. Menurut Welli Yosika (2008: 21) fungsi tari tradisional dalam masyarakat tradisi terkait dengan stratafi kasi sosial, interaksi dan integrasi sosial maupun pendidikan tradisional dan hiburan rakyat. Sehingga masyarakat tradisi senantiasa berusaha memeilihara kelestarian dari tari tradisional tersebut. Karena tari tradisioanal merupakan gambaran dari nilai-nilai kehidupan masyarakat pemiliknya. Dapat dikatakan pertunjukan tari tradisional merupakan manifestasi dari kepribadian dan pola budaya yang terdapat dalam masyarakat pemiliknya. Oleh sebab itu, salah satu fungsi yang hakiki dari Tari Piring adalah sebagai jati diri suku bangsa Minangkabau baik masa lalu, kini, dan masa datang. 

Tari Piring sebagai Identitas Masyarakat 

Di daerah rantau seperti di beberapa kota di Indonesia, baik di Sumatera dan di Pulau Jawa, Tari Piring saat ini dipelihara oleh masyarakat Minangkabau sebagai alat untuk pernyataan eksistensi dirinya dalam pergaulan dengan suku lain di berbagai kota tersebut. Sehingga masyarakat Minangkabau beranggapan mereka dapat dipandang sebagai bagian dari manusia yang berperadaban dan berbudaya yang telah mapan. Karena mereka memiliki warisan dan identitas yang jelas. 

Banyak orang Minangkabau di perantauan telah mengajarkan Tari Piring kepada suku lain, seperti di jakarta melalui Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Deddy Luthan, Tom Ibnur dan Hartati telah banyak mengajarkan Tari Piring kepada mahasiswa IKJ, bahkan salah seorang yang mahir membawakan Tari Piring dari alumni IKJ adalah orang Jawa yaitu Dewi Hafi anti, dan Sukarji Sriman serta Eri Ekawati yang sekarang telah menjadi dosen di IKJ. 

Bahkan salah seorang alumni IKJ yang berasal dari Malaysia yaitu Suhaimi Magi juga mampu menarikan Tari Piring dengan baik, bahkan banyak pula karya Tari Piring kreasi yang telah diciptakannya di Malaysia. Masyarakat Minangkabau perantauan seperti di Malaysia juga menjadikan Tari Piring sebagai lambang kebanggaan dan jati diri mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun