Tukang Becak itu tersenyum walau terlihat kelu.
"Belum ada setahun Pak, isteri saya meninggal karena sakit.."
Kemudian beliau berdua saling bercerita soal pengalaman kehilangan mereka tersebut. Â Bagaimana hari-hari yang mereka jalani setelahnya dan beberapa kali terdengar beliau berdua saling mengapresiasi dan menguatkan.
Bapak sungguh kagum dengan Tukang Becak. Usianya tidak terlalu jauh dari Bapak, hampir 50 tahun, namun masih bersemangat dan bertenaga untuk menarik becak dijalanan Surabaya bagian kota yang panas dan terkadang ramai kendaraan berlalu lalang.
Rencana Dia, memang mempertemukan Bapak dengan Tukang Becak untuk saling memaknai hidup sebagai suami yang dicerai mati oleh isteri masing-masing, dimana berpisah bukan keinginan daging tapi merupakan takdir untuk dijalani.
25 menit yang berharga untuk beliau berdua, mungkin dapat berkembang menjadi 25 tahun yang penuh makna karenanya.
Akhir pertemuan itu, sambil menyodorkan tanda terima kasih untuk keringat dan percakapan dengan Tukang Becak, Bapak menjabat tangan beliau.
Bapak kemudian tidak segan memeluk Tukang Becak itu, selayaknya sahabat karib yang lama tidak dijumpai. Erat dan hangat.
Siang itu, dalam peristiwa yang hangat, aku melihat kesejukan.
Terima kasih, peristiwa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI