Mohon tunggu...
Yesi Supartoyo
Yesi Supartoyo Mohon Tunggu... Konsultan - Blogger

Currently working on #KeuanganInklusif

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Buah Kebaikan Manis Rasanya

18 Desember 2020   12:27 Diperbarui: 18 Desember 2020   12:36 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Robert J. Lumsden pernah bilang "...suatu kriteria yang baik untuk mengukur keberhasilan dalam kehidupan Anda ialah jumlah orang yang telah Anda buat bahagia". Jujur, saya khawatir salah hitung! Bukan apa-apa, pasalnya ketika menerka atau mengira-ngira dan ternyata hasilnya hanya dalam hitungan jari saja, saya mungkin akan kecewa. Karena terkadang khilaf menyapa dan tanpa disadari malah membuat saya jumawa. Jadi, sederhananya adalah ketika ingin berbahagia ya berbahagia saja. Begitupun ketika ingin membahagiakan orang lain, maka silahkan lakukan. Tanpa perlu mengharapkan imbalan, pun lekat selalu kebaikan apa yang dilakukan dalam ingatan. Sudahlah, lupakan.

Dalam proses membahagiakan orang lain, tentu akan sangat naif bila kita abai atas peran orang lain. Kita tidak perlu berusaha membahagiakan orang lain seorang diri, karena sepertinya memang tidak akan bisa.

Pada 2010 silam, saya dipertemukan dengan sekumpulan orang baik yang memiliki visi yang sama yaitu: belajar menjadi baik dengan berbuat baik. jadi, intinya langsung praktek. Kami saat itu adalah sekelompok mahasiswa calon sarjana, yang di sela skripsi dan kesibukan organisasi lainnya, ingin belajar berbagi dan memberi, padahal sumber pendanaan utama studi kami masih dari orang tua. Kami pun sepakat untuk urunan dan mengunjungi Panti Asuhan Darul Istiqomah. Disana saya lantas paham bahwa kesedihan mendalam bukan hanya karena perkara dapat nilai C untuk mata kuliah Statistika, melainkan hidup sebatang kara di dunia yang fana. MasyaAllah, saya bersyukur ambil peran dan berkesempatan untuk bisa menyantuni anak-anak yatim dan piatu ini.

dok: pribadi
dok: pribadi

Selang lima tahun kemudian, saya kembali dipertemukan dengan sekelompok orang baik lainnya. Saya masih berstatus mahasiswa juga saat itu, bedanya kami berstatus mahasiswa Pasca Sarjana. Saat itu kami bersepakat untuk meluangkan waktu di sela hiruk pikuknya rutinitas membaca jurnal dan kunjungan ke perpustakaan.  Kami pun mengagendakan kunjungan ke Panti Asuhan Yayasan Putri Bunda. Kami sama-sama belajar memaknai esensi berbagi, memberi dan menyantuni. Sesuatu hal yang mudah terucap tapi kadangkala sulit untuk dilakukan secara berkelanjutan.

dok: pribadi
dok: pribadi

Makanya, ketika ditanya apakah saya sudah cukup mampu membahagiakan orang lain? Entah, saya belum cukup yakin untuk menjawabnya. Bukan hanya karena khawatir pamrih, tapi saya merasa belum cukup berbuat banyak dan berdampak terlebih untuk orang lain. Meskipun demikian, begitu banyak hal membahagiakan dan patut saya syukuri dalam hidup.

Saya ingin mengamini ucapan Mba Helvy Tiana Rosa bahwasanya "...bahagia lahir dari rasa syukur yang tak henti pada-nya dan usaha untuk senantiasa berbagi apa yang kita bisa pada sesama. Itulah sebabnya kita bisa memilih untuk berbahagia setiap hari, setiap kali". Hal yang perlu digarisbawahi adalah: Bersyukur dan berusaha, tidak hanya untuk kebahagiaan diri sendiri, melainkan juga orang lain.

Pengalaman berkunjung ke panti asuhan, meluangkan waktu disela kesibukan, berangkat bersama teman-teman, dan meninggalkan sejenak rutinitas adalah sebuah pencapaian dan pengalaman tersendiri bagi saya pribadi. Saya sangat berharap anak-anak panti tersebut bahagia atas apa yang telah kami lakukan. Sedikit kebaikan yang mungkin telah kami lakukan menjadi bagian dari kisah perjalanan kami dalam membagikan kebahagiaan dan tentunya menjadi definisi kebahagiaan tersendiri yang pernah kami wujudkan. Secara tidak langsung kami telah mengharapkan orang lain berbahagia. Sama halnya dengan kerelaan saya melakukan apapun untuk mewujudkan kebahagiaan orang-orang terdekat yaitu kedua orang tua dan keluarga, serta suami dan anak saya.

Memenuhi keinginan orang tua untuk terus sekolah dan lulus tepat waktu, menikah, bekerja dan punya anak tentu saja menjadi kebahagiaan bagi setiap orang tua, selain harapan anak-anaknya untuk terus berbakti kepada mereka. Begitu pula upaya saya berbakti kepada suami dan mengasuh serta mengasihi anak-anak. Semua kebahagiaan yang tercipta sebenarnya sudah menjadi bagian dari tanggung jawab kita sebagai anak, istri dan juga ibu. Mereka pun bukan orang lain, melainkan orang terdekat yang kita kenal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun