Seorang kawan mengirim link kanal youtube miliknya, perihal kesaksiannya menghadapi stroke yang dialami 2 tahun terakhir. Di tahun ketiganya, ia mengatakan sudah 60% aktivitas keseharian bisa dilakukannya sendiri. Berbagai jenis obat, herbal maupun kimiawi, telah dicobanya. Termasuk pengobatan alternatif: akupuntur, dilakoninya demi sebuah kesembuhan.
Bicaranya belum sempurna, tetapi bisa ditangkap dengan jelas. Satu dua kali, kata-kata yang diucapkannya pun kurang tepat. Tetapi, melihat semangatnya, bahkan nadar yang diucapkannya dengan lantang, membuatku kagum dan turut bersemangat. "April 2022, saya akan berjalan tanpa menggunakan tongkat lagi," begitu ucapnya sambil menunjukkan tongkat.
Kekaguman lain yang bisa dirasakan adalah semangat perlawanannya terhadap rasa sakit yang didera. "Jangan malas bergerak. Lawan rasa sakit dengan terus beraktivitas!" Ganbatte..! Ayo semangat! Begitulah kurang lebih kata-katanya memotivasi 'siapapun' penonton (atau kerabat penonton) yang sedang mengalami hal sama.
Sebagian kecil saya mengenal pribadinya saat masih bekerja sama dengannya. Ia memang tipikal orang yang sangat bersemangat, rajin berolahraga, mendukung ide-ide kreatif anak buahnya, dan mempunyai kasih sayang berlimpah untuk anak didiknya. Tidak aneh, pada saat ia sakit, banyak alumni (dari) anak didiknya yang berkunjung dan memberikan bantuan.
Sedih dan prihatin memang, saat awal-awal mendengarnya terserang stroke. Betapa tersiksanya seorang yang terbiasa aktif tiba-tiba harus "terpasung" di tempat tidur. Apalagi hari-hari selanjutnya, ia sepenuhnya tergantung pada pelayanan orang lain. Tentu menyiksa dan tidak enak rasanya.
Tetapi, menyimak kesaksiannya di kanal youtube, saya menjadi semakin yakin dan hilang keraguan bahwa mukjizat Tuhan itu masih ada. Semangat menggelora untuk segera sembuh dari sakit, mendorongnya untuk berbagi kisah, menularkan energi positif bagi penontonnya.
Ini mirip saat saya mendengar langsung kesaksian seorang kawan yang terpapar Covid-19. Berbagai ungkapan perasaan, mulai dari kaget, cemas, takut, bahkan "stigma" negatif yang dikisahkannya, menyentuh ke dalam hati hingga timbul empati, merasakan apa yang ia rasakan.
Pun demikian, semangat bangkitnya, kegembiraan yang ia nyalakan di setiap harinya memancar ke korteks limbik hingga kita pun turut bergembira karenanya. Bahkan, pemaknaan mendalam dari "datangnya" rasa sakitnya adalah bukti bahwa Tuhan masih sayang kepadanya. Bukannya mengutuk, tetapi ia mensyukurinya sebagai rasa cinta Sang Pencipta kepada makhluknya.
Kehebatan dan keberhasilan melawan keterpurukan atau saat-saat jatuh dalam pencobaan adalah motivasi terbaik bagi orang lain. Ganbatte! Semangat! Begitu kata dalam bahasa Jepang yang kerap dipakai untuk menyemangati satu dengan yang lain. "Ganbatte" atau ganbatte kudasai kerap diucapkan orang Jepang untuk memberikan semangat pantang menyerah sampai tujuan tercapai.
Karena itulah, selesai kutonton kanal youtubenya, aku bagikan pula kesaksian semangatnya kepada orang-orang lain yang membutuhkannya. Ganbatte!
Have a blessed Good Friday