Mohon tunggu...
YBRadhar Teja
YBRadhar Teja Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Media Massa dalam Penataan Ruang DIY yang Nyaman dan Humanis: Revitalisasi Jalur Pedestrian Malioboro

1 Oktober 2017   20:15 Diperbarui: 1 Oktober 2017   20:28 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Revitalisasi ini dibagi dalam dua kloter, yang pertama adalah sisi utara dimulai dari titik jalur pedestrian setelah rel kereta api hingga Mall Malioboro, dilanjutkan sisi selatan setelah Mall Malioboro hingga sebelum Pasar Beringharjo. Pemerintah setempat juga melakukan pemindahan area parkir motor yang sebelumnya ada di kawasan pejalan kaki berpindah di Taman Abu Bakar Ali, utara Malioboro.

Proses revitalisasi tidak berjalan mulus, terjadi penolakan dari pihak-pihak paguyuban parkir dan pedagang-pedagang kaki lima yang merasa penghasilan mereka hendak dimatikan. Setelah proses negosiasi berjalan cukup alot, kesepakatan di antara pemangku kepentingan tersebut menemukan jalan tengah, yakni area pedestrian disterilkan dari fungsi parkir kendaraan bermotor roda dua dan dipindahkan ke area yang lebih tersentral, sedangkan pedagang aki lima yang kerap mangkal ditata ulang.

Proyek revitalisasi kawasan Malioboro tahun 2016 lalu tak luput dari pemberitaan, terutama media massa lokal, seperti Kedaulatan Rakyat. Beberapa diantaranya menjadi headline, seperti termuat pada tanggal 12 April 2016 berita dengan judul "Lampu Penerangan Belum Optimal: Kawasan Malioboro Masih Gelap", lalu tanggal 19 April 2016 "Mulai Hari Ini Penataan Fisik Malioboro: Sultan Minta Semua Konsisten" dan "Keistimewaan Jangan Sekedar Slogan: Kritis Tata Ruang DIY", disusul edisi 22 April 2016 berisikan berita "Pembongkaran Trotoar Dimulai: Malioboro Bakal Mirip Singapura". Pada awal September, tepatnya tanggal 1, Kedaulatan Rakyat menyajikan berita berjudul "Pembangunan Malioboro Seharusnya Dipercepat". Selain menjadi headline, pembahasan proyek revitalisasi ini juga termuat di kolom-kolom featuredan tulisan opini.

Setelah tahap pertama selesai di Desember 2016, saya mulai mengumpulkan pemberitaan pasca revitalisasi, bersumber dari media massa lainnya yaitu media online. Pemberitaan antara lain menceritakan launchingjalur pedestrian baru di Malioboro dan fokus utama pemerintah adalah pengerjaan tahap kedua tahun 2017 di kawasan selatan Malioboro, dimulai dari Pasar Beringharjo hingga Titik Nol Kilometer, yang beriringan dengan pembuatan toilet bawah tanah. Rencana ini ternyata adalah agenda jangka panjang pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta terhitung dari tahun 2016 hingga 2019 untuk menyusun kembali tata kota DIY.

Sejak Desember 2016 Kawasan Malioboro pun memiliki wajah baru, jalur pedestrian Malioboro dibuka kembali untuk publik. Kali ini pemandangan yang bisa dilihat adalah para pejalan kaki yang hilir mudik, banyak di antaranya yang memanfaatkan fasilitas bangku untuk sekedar dudukatau berfoto, tidak lagi ditemukan lahan parkir sepeda motor. Sesekali masih nampak pedagang asongan yang menjajakan dagangannya dan di saat sore hari pedagang kaki lima bersiap untuk jualan makanan.

Bagi para pelancong, berjalan kaki di kawasan ikonik seperti Malioboro, adalah suatu pengalaman yang patut diincar dan diingat. Sementara bagi para penduduk lokal, agenda yang dilaksanakan oleh pemerintah ini patut di apresiasi. Meski masih jauh dari sempurna, namun ide pedestrianisasi di kawasan Malioboro diterima sebagai langkah baik untuk menjadikan rupa Yogyakarta lebih nyaman dan humanis.

Peran media massa khususnya surat kabar ternyata sangatlah vital dalam menyajikan informasi terkait revitalisasi kawasan Malioboro. Pemberitaan mengenai revitalisasi kawasan Malioboro yang dimuat dalam Surat Kabar lokal "Kedaulatan Rakyat"  menunjukkan bahwa media massa konsisten dalam mengawal tata ruang di DIY agar tampak lebih nyaman dan humanis. Media massa mampu menggiring opini publik terkait pentingnya kesadaran akan pentingnya fasilitas pejalan kaki, media massa sekaligus juga mampu mengapresiasi pemerintah terkait wacana revitalisasi kawasan Malioboro menjadi nyata ditunjukkan dengan menjadikan berita revitalisasi kawasan Malioboro menjadi Headline.

Media massa juga turut memberitakan kritik dan saran yang berasal dari pelancong yang sempat singgah ke Malioboro. Hal ini dilakukan media massa sebagai fungsi pengawasan terhadap segala aktifitas yang terjadi di kawasan Malioboro. Contoh, pelancong kerap mengeluhkan bahwa ketidak nyamanan untuk duduk berlama-lama di kawasan Malioboro adalahj begitu banyaknya pengamen. Pengamen datang dan pergi menghampiri untuk meminta uang, dan kondisi seperti itu terjadi secara terus menerus.

Isu yang kali ini saya bahas juga terkait dengan salah satu pembelajaran dari Komunikasi Lingkungan yaitu meliputi media dan jurnalisme lingkungan. Area ini fokus membahas mengenai media dan jurnalis memaparkan hasil mengenai pencariaqnnya tentang lingkungan dan dapat membuat khalayak yang membaca ikut merasakan apa yang dirasakan dalam suatu pemberitaan lingkungan. Agenda setting dan media framing sangat berperan dalam area pembelajaran ini.

DAFTAR PUSTAKA

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun