Mohon tunggu...
Yayat S. Soelaeman
Yayat S. Soelaeman Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Inspirasi

writer and journalist / yayatindonesia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Dua Wajah Kekuasaan "Dewa Janus" Vladimir Putin

1 April 2022   02:47 Diperbarui: 1 April 2022   12:29 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Krimea, Donets dan Luhansk (Foto: wwwapxap.com)

Dewa Janus adalah salah satu dewa dalam mitologi Yunani yang mempunyai dua muka yang menghadap ke arah yang berlawanan, sebagaimana dalam suasana kontradktif dan ambivalen.

Menurut Duverger, bilamana seorang pemimpin menganggap politik sebagai upaya untuk menegakkan keadilan dan ketertiban, maka kekuasaan merupakan pelindung bagi masyarakat dan bagi lahirnya kesejahteraan manusia. Melalui paradigma ini kekuasaan memainkan peranan integratif dan melindungi kepentingnan bersama.

Namun pada sisi wajah yang lain, ketika melihat politik sebagai arena pertarungan kekuasaan, maka kekuasaan adalah biang konflik untuk menguasai dan menghancurkan lawan. Dua wajah kekuasaan Dewa Janus ini setidaknya dapat menjadi referensi untuk menganalisis langkah, tindakan dan keputusan Putin yang melakukan invasi ke Ukraina.

Dua wajah kekuasaan Vladimir Putin yang ambivalen dalam konflik Rusia-Ukraina, jika diteliti secara seksama, benar-benar seperti Dewa Janus yang bermuka dua, namun memiliki watak yang saling berlawanan.

Ketika ia menyatakan ingin melindungi rakyat Rusia di wilayah Ukraina dari ancaman tentara Ukraina yang disebutnya sebagai tentara Neo Nazi, Putin mengirim pasukan bersenjata untuk menguasai Krimea, mendukung pemberontak di wilayah Donets dan Luhansk, dan membombardir kota-kota di Ukraina dengan senjata berat.

Inilah dua wajah kekuasaan Putin. Satu wajah menampilkan hasrat mulia untuk melindungi rakyat Rusia dari ancaman musuh, sedangkan satu wajah kekuasaan lain memperlihatkan ambisi dan napsu kekuasaan untuk menghancurkan musuh dan menguasai Ukraina.

Keinginan dan harapan Putin untuk melindungi rakyat Rusia dari ancaman tentara Neo Nazi Ukraina, justru menimbulkan konflik bersenjata berkepanjangan, menewaskan ribuan orang dan melahirkan penderitaan dan krisis kemanusiaan.

Menurut Duverger, dalam setiap konflik kekuasaan, seorang pemimpin negara akan selalu menampilkan dua wajah yang kontradiktif. Cukup banyak bukti, ketika negara ingin melindungi rakyatnya dari ancaman musuh, maka salah satu cara yang harus ditempuh adalah memperkuat pertahanan dan persenjataan negara, atau bahkan menghancurkan pihak lain yang akan mengancam keamanan negara.

Meskipun langkah Presiden Putin tidak untuk dinilai benar atau salah, namun wajar apabila Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina memperlihatkan wajah Rusia yang tidak memiliki bahasa humanism.

"Ini adalah suara tirai besi, dan yang membedakan Rusia dari dunia yang beradab," kata Zelensky.

Ia juga menyatakan, invasi Rusia merupakan tindakan genosida dan ingin membelah Ukraina seperti Korea. Putin juga dituding, dengan kekuasaan di tangannya, ia sesungguhnya tidak berniat untuk melindungi manusia dan membawa kedamaian, namun justru menembakkan rudal, bom, dan berupaya menghapus Ukraina dari muka bumi. Bahkan langkah Putin membuat Rusia kini telah dilabeli sebagai 'negara yang jahat dan melanggar hukum internasional serta membahayakan dunia'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun