Ramadan datang lagi. Ini bulan suci yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam karena bulan inilah kesempatan kita untuk menyucikan diri, kembali ke fitri. As a mother.. tibalah saatnya menjalani segala kerepotan menyiapkan sahur dan makanan untuk berbuka bagi keluarga. Kerepotan yang indah tapinya.
Bulan Ramadan tahun ini punya arti khusus buat saya. Empat puluh hari lalu saya kehilangan ayah tercinta yang dipanggil pulang oleh Allah SWT. Sudah saya ikhlaskan beliau ketimbang menjalani sakit panjang yang membuatnya menderita dan membuat keluarga menderita juga melihatnya. Saya yakin saat ini ayah sudah bahagia bersama ibu di sisi Allah Sang Pemilik Raga.
Kemudian bulan Ramadan ini bertepatan dengan bertambahnya usia saya sekaligus berkurangnya jatah hidup di dunia. Usia ini cukup special angkanya, kalau Anda setia mengikuti tulisan saya soal MotoGP, Anda pasti tahu apa angka rider favorit saya. Ya umur segitulah saya bulan ini, sama dengan angka favoritnya pembalap idola. Bukan angka 93 yaaaa... sungguh saya belum setua itu.

Marah saya bisa dipicu hanya dengan masalah sepele. Misal saya sedang naik motor dan disalip pengendara dari sisi kiri tanpa permisi, saya bisa mengejar pengendara itu dan memaki-maki. Pernah kejadian? Pernah. Masalahnya posisi saya berkendara sudah mepet ke kiri, hla mbok nyalip dari kanan yang lebih lowong, ini kok iseng bener nyalip dari kiri, mana nggak membunyikan klakson lagi.
Saya kaget tapi untung masih bisa mengontrol motor hingga nggak jungkir balik di jalan. Saya pernah mengejar pengendara begini dan sukses saya maki-maki. Saya juga sukses diliatin orang di jalan. Untungnya si pengendara cuma diam dan nggak balik memaki. Mungkin karena tahu salahnya atau dia pikir emak imut ini gagal ikut flash sale jadi menuangkan kekesalannya dengan memaki.

Saya hampiri si pengendara motor yang ribut mengklakson itu. Si pengendara panas juga dan sempat ngajak debat. Untungnya pengendara motor lain melerai dan menyalahkan di pengendara motor tadi. Kalau nggak dilerai mungkin helm saya sudah mampir ke kepala pengendara motor tadi.
Untuk masalah lain, beberapa kali sifat pemarah ini bikin saya repot juga dan bikin temen-temen repot. Saya tak suka dengan sikap slow respon di urusan pekerjaan. Kalo kerja harus grecep alias gerak cepat gitu. Jadi kalo ada yang slow respon pasti saya ngomel. Beberapa teman sosok aja dengan sikap saya, karena bikin pekerjaan cepat selesai katanya.

Dengan bertambahnya umur, saya berharap amarah saya berkurang dan jadi lebih penyabar. Nggak marah-marah sama tukang sayur gara-gara saya dikasih cabe rawit padahal belinya cabe merah. Sabar sama parkir yang ketika saya mau bayar parkir malah dia pergi entah kemana. Woiiii mau bayar parkir ini wooiiiii.