Mohon tunggu...
Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap Mohon Tunggu... Jurnalis - Organisasi Kemanusiaan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global untuk mewujudkan peradaban dunia yang lebih baik http://act.id Aksi Cepat Tanggap (ACT) Foundation is a professional global humanitarian organization based on philanthropy and volunteerism to achieve better world civilization

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kisah Haru Sholat Terakhir Ujang Sebelum Bencana Tanah Longsor Tasikmalaya

1 Desember 2015   10:59 Diperbarui: 1 Desember 2015   10:59 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tanah-longsor-tasikmalaya

Ilustrasi Gambar Via : tempo.co

Memasuki musim penghujan, perlahan tanah yang kering berubah menjadi tanah becek yang rapuh namun subur. Hujan yang datang tak selalu membawa keberkahan, sudah menjadi rahasia umum bahwa musim hujan yang datang di Indonesia terkadang bisa membawa bencana lain berupa banjir dan tanah longsor. Satu wilayah yang rutin terkena dua jenis bencana ini adalah Jawa Barat.

Bahkan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan secara terang-terangan telah mengeluarkan ketetapan bahwa kawasan Jawa Barat kini sedang berada dalam kondisi waspada 1 banjir dan tanah longsor, seperti yang dikutip dari pemberitaan laman CNN Indonesia.

Akhirnya, prediksi bencana tanah longsor yang mengancam Jawa Barat pun terbukti. Sebuah kisah haru terekam dalam bencana longsor Tasikmalaya.

Dilaporkan oleh laman Aksi Cepat Tanggap, hujan sangat deras yang mengguyur sebagian Jawa Barat pada Rabu (25/11) sekitar pukul 15.30 WIB telah memicu bencana longsor di Kampung Tagog, Desa Karang Mukti, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Akibat dari tanah longsor yang berlangsung sangat cepat itu, seorang warga Kampung Tagog tewas tertimbun longsoran.

“Akang mau solat dulu di mushola,” ujar Ujang kepada istrinya, Imas Masitoh (48). Istri dari buruh harian itu pun taat pada suaminya. Dia pulang terlebih dahulu, berjalan menuju rumah, masih ditemani rintik hujan. Imas tak menyangka itu adalah solat asyar terakhir suaminya, Ujang Rustaman (51).

Hujan deras mengiri malaikat maut menjemput Ujang pukul 15.30 Wib, Rabu (25/11), saat longsor itu menyeret sebuah rumah, satu rumah makan, mushola, dan toko apotek. Semua properti tersebut jatuh ke jurang sedalam 30 meter karena terseret longsor. Longsor susulan terjadi pukul 18.00 Wib. Lima rumah pun kembali terancam hancur, oleh sebab terjadinya pergerakan tanah, seperti dilaporkan AKBP Susnadi seperti dilansir Republika.co.id.

Berdasarkan laporan dari aktivis Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Jawa Barat Salman Al-Farisi, saat bencana longsor terjadi, Ujang bersama Imas meneduh di lokasi terjadinya longsor. Melihat waktu yang sebentar lagi masuk waktu solat Asar, Ujang menyuruh istrinya pulang terlebih dahulu.

“ Akang mau solat dulu di mushola,” ujar Ujang kepada istrinya. Sebelum solat, menurut penuturan istrinya, Ujang mandi terlebih dahulu di tempat pemandian umum. Baru setelah itu menuju mushola.

Namun, itu ternyata jadi solat terakhir Ujang. Karena bangunan mushola tempat Ujang menyembah Tuhannya tiba-tiba berderak cepat, dan blaasss….lantai mushola amblas ke bawah jatuh ke jurang sedalam 30 meter. Ujang pun tertimbun tanah. Ujang menjadi satu-satunya korban manusia di peristwa longsor tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun