Mohon tunggu...
Yavis Nuruzzaman
Yavis Nuruzzaman Mohon Tunggu... Writer

Exploring the intricate tapestry of our world, one article at a time. Driven by curiosity and a desire to foster informed discussions. Join me in dissecting current affairs, sharing insights, and uncovering new perspectives.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Menemukan Kembali 'Harta Karun' di Sudut Ruangan: Saat Hobi Lama Jadi Pelarian Terbaik dari Stres

20 September 2025   10:44 Diperbarui: 20 September 2025   10:44 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gitar bisa menjadi salah satu pelarian dari stres dan kepenatan (Pexel-Quoc Bao) 

Pernahkah Anda merasa kepala begitu penuh hingga rasanya nyaris tumpah? Notifikasi ponsel yang tak henti-hentinya berdering, daftar pekerjaan yang seolah tak ada habisnya, dan tekanan untuk terus produktif membuat kita sering kali sampai di satu titik: penat. Lelah secara fisik dan mental.

Di saat seperti itu, apa yang biasanya kita lakukan? Sebagian mungkin memilih untuk binge-watching serial terbaru, sebagian lagi scroll media sosial tanpa tujuan. Namun, belakangan ini saya menemukan sebuah "mesin waktu" yang jauh lebih ampuh, sebuah pelarian yang tidak saya duga: hobi lama yang sudah bertahun-tahun saya tinggalkan.

Bagi saya, "harta karun" itu adalah sebuah gitar akustik usang yang teronggok di sudut kamar, hanya menjadi pengumpul debu. Gitar itu saksi bisu masa-masa SMA, saat musik adalah segalanya. Dulu, jari-jari ini begitu lincah menari di atas senarnya, merangkai akor-akor sederhana untuk menyanyikan lagu milik Oasis atau Dewa 19 bersama teman-teman di teras rumah.

Seiring berjalannya waktu, kesibukan kuliah, pekerjaan, dan tanggung jawab orang dewasa perlahan mendorong gitar itu ke sudut ruangan, tergantikan oleh laptop dan smartphone. Ia menjadi artefak masa lalu, sebuah kenangan yang manis namun terasa jauh.

Hingga suatu akhir pekan yang suntuk, saat otak saya terasa buntu, pandangan saya jatuh pada gitar itu. Iseng, saya meraihnya. Debunya saya bersihkan, senarnya saya setel seadanya dengan aplikasi di ponsel. Jari-jari saya terasa kaku, kapalan yang dulu jadi "lencana kebanggaan" kini sudah lenyap.

Saat pertama kali mencoba memetik kunci G, suaranya sumbang. Jari kelingking saya gemetar. Saya hampir menyerah, berpikir, "Ah, sudah tidak bisa lagi." Tapi kemudian, saya mencoba lagi. Lebih lambat, lebih sabar. Kunci C, lalu A minor, lalu D. Pola-pola lama itu mulai kembali, seolah otot-otot di jari saya memiliki ingatan sendiri.

Dan saat sebuah lagu sederhana akhirnya mengalun, meski dengan banyak nada yang meleset, sesuatu yang ajaib terjadi. Selama 30 menit saya bermain, saya tidak sekalipun melirik ponsel. Saya lupa dengan email yang belum dibalas. Kekhawatiran tentang pekerjaan untuk hari Senin seolah menguap. Yang ada hanya saya, gitar, dan alunan melodi yang akrab. Kepala saya yang tadinya penuh sesak, kini terasa lebih ringan dan lapang.

Mengapa Hobi Lama Begitu Ampuh?

Pengalaman sederhana ini membuat saya merenung. Mengapa kembali ke hobi lama terasa begitu menenangkan dan efektif untuk meredakan stres? Saya rasa jawabannya bukan sekadar nostalgia.

1. Gerbang Menuju Flow State

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun