Mohon tunggu...
Yatmi Rejeki
Yatmi Rejeki Mohon Tunggu... Administrasi - Suka becanda,, biar awet muda.

Wanita biasa dari Jogja

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sate Ratu Jogja dengan Keunikan Rasanya

18 Agustus 2018   14:08 Diperbarui: 18 Agustus 2018   14:15 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman depan Sate Ratu. Foto: dok.pri

Sabtu, 11 Agustus 2018 di sore yang cerah, aku meluncur ke sebuah food court Jogja Paradise yang terletak di Jalan Magelang km 6 tepatnya depan (seberang) The Rich Hotel Jogjakarta. 

Ada satu stand kuliner yang hendak kutuju namanya adalah Sate Ratu. Yes, aku memang ada janji dengan beberapa teman dari Kompasianer Jogja untuk dolan kuliner disana. Stand di Food Court itu banyak, maka dari pada bingung mencari, begitu masuk area Jogja Paradise, aku langsung tanya aja ke Pak satpam. Ternyata Sate Ratu berada didalam dan paling ujung. Terlihat  beberapa teman sudah sampai lebih dulu.

Kjog Dolan Kuliner, foto: dok,pri
Kjog Dolan Kuliner, foto: dok,pri
Sambil menunggu sate yang masih dibakar, Pak Budi Seputro selaku pemilik Sate Ratu yang buka Senin hingga Sabtu pukul 11.00 sampai 21.00 wib ini menceritakan awal mula beliau mendirikan usaha.

Berawal dari keinginannya untuk hjirah dari yang semula bekerja dibidang entertainment selama belasan tahun, kemudian beliau ingin membuka usaha sendiri di bidang kuliner. Dia merealisasikan dengan membuka sebuah angkringan di Jalan Solo Jogja yang lokasinya tidak jauh dari Galleria Mall. 

Angkringan, pada umumya identik dengan makanan yang merakyat dengan kualitas sederhana. Tetapi di tempat Pak Budi dikonsep dengan kualitas premium, dengan cara tidak menerima makanan titipan. Semua dagangannya adalah produksi sendiri. Angkringan Ratu, adalah nama brand yang menjadi pilihannya.

Hingga pada 16 Maret 2016, Pak Budi mengubah konsep dari angkringan menjadi Sate Ratu, agar lebih fokus pada menu unggulan yaitu sate. Dan kata Ratu tetap menjadi brandnya karena menurut Pak Budi mengandung makna Jawa, tradisional dan memiliki kasta yang tinggi.

Yang bisa saya petik dari kisah ini adalah bahwa keluar dari zona nyaman suatu pekerjaan dan memulai membuka usaha sendiri perlu keberanian dan kemantapan. Menjadi pegawai atau berwirausaha adalah sebuah pilihan. Saya jadi ingat, ketika beberapa waktu lalu mengikuti kajian tentang hijrah bersama ustazah Oki Setiana Dewi. Bahwa setiap hijrah itu selalu melewati masa ujian. Karena Tuhan ingin menguji seberapa besar kesungguhan dan kesabaran. Jika mampu melampauinya, hijrahpun akan sukses.

Akhirnya cerita Pak Budi harus terpotong, karena menu unggulan dari Sate Ratu,  sudah datang di meja kami. Ada sate ayam merah dan lilit basah.

Sate Ayam Merah

Sate Ayam Merah. Foto: dok.pri
Sate Ayam Merah. Foto: dok.pri
Kendati tidak memiliki basic dibidang kuliner, namun sate olahan Pak Budi tak kalah lezat dengan yang lain karena memiliki cita rasa yang berbeda dan unik. Jika biasanya sate cenderung manis dengan bumbu kecap atau guyuran saos kacang, tetapi disini rasanya dominan pedas namun gurih manisnya juga terasa sebagai pengimbang rasa. Jangan dibayangkan hanya diguyur sambal biasa atau terpisah ya...  Jika seperti itu hanya akan terasa dipermukaan deging saja. 

Di sate ayam merah ini bumbunya sangat merasuk  karena sebelum proses pembakaran, daging telah direndam bumbu selama tiga jam. Dinamakan sate merah karena lombok merahnya menjadi pewarna alami, ketika matang satenya berwarna kemerahan. Setiap gigitan memiliki rasa. Daging yang digunakan adalah paha ayam, maka serat dan teksturnya lebih lembut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun