Mohon tunggu...
Maya Batari
Maya Batari Mohon Tunggu... Guru - Single Cool

mencintai diri sendiri dimulai dari dalam hati yang selalu berpikir positif dan bahagia

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Rahasia Cinta Sang Pewaris #Bab 27

4 Mei 2021   00:53 Diperbarui: 4 Mei 2021   01:21 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.idntimes.com

Dia bahkan tidak perlu repot-repot mengejar Utari, meski dia tahu wanita itu marah kepadanya. Latihan Karawitan itu hanya sebuah alasan baginya. Selalu berada di dekat Utari, tanpa bisa menyentuh wanita itu, rasanya semakin menyiksanya.

Dia bukannya tidak tahu, ketidaksukaan Utari kepada Windri. Bagus hanya ingin menggoda istrinya. Rasanya sangat menyenangkan melihat bibir mengerucut dan tatapan galak Utari, tiap melihat kebersamaan dirinya dan Windri. Ada yang berdentam di dadanya, sesuatu yang akhirnya dia yakini memang hanya untuk Utari.

"Mas nggak nyangka, loh. Jika hubungan kita akhirnya sampai di titik ini." Tangan Bagus menyelipkan beberapa helai anak rambut Utari yang mencuat melawan gravitasi.

"Mas nggak nyesel, kan? Riri ngaku, kalo belum bisa menjadi istri yang sempurna. Riri masih suka berpikiran pendek, dan rada egois. Tapi Riri janji, hanya kemarin lari dari masalah. Untuk lain kali, apapun yang dirasa Riri, kita akan membicarakannya dengan kepala dingin."

"Mas nggak mau ada lain kali. Kalo kamu butuh sandaran, maka hanya Mas yang harus kamu tuju. Bukan tempat lain, atau lelaki lain. Kamu ngerti?"

Utari mengangguk kecil. Dan dia menerima saja, saat Bagus meraih tengkuknya. Kecupan Bagus mulanya begitu lembut namun hangat, ketika akhirnya berubah menjadi sedikit liar dan menuntut lebih. Satu persatu kain yang membungkus tubuh mereka, meluruh di atas lantai.

Bagus memanjakan tubuh Utari dengan segala cinta dan rasa memiliki yang begitu besar. Sementara Utari hanya pasrah. Dia tahu, hanya pria itu yang bisa memiliki dirinya seutuhnya. Sampai kapanpun juga.

"Semuanya kamu masak sendiri?" Bagus menerima piring berisi nasi yang disodorkan oleh Utari.

"Sesekali tidak apa-apa, kan?" senyum Utari sambil mengambilkan sepotong ayam pepes kesukaan suaminya. Siang itu, Utari kebetulan memang tidak ada jadwal kegiatan apapun di luar.

Setelah berpesan agar Bagus makan siang di rumah, Utari langsung pergi ke pasar begitu sang suami berangkat kerja. Ditemani Bu Marsih, istri Pak Uyun yang sehari-hari memang bekerja di rumah membantu Utari. Mereka berbelanja banyak kebutuhan untuk memasak hari itu.

"Setiap hari juga, Mas tidak keberatan. Jarang-jarang kan, kita bisa makan bersama seperti ini?" Bagus Pandhita mencolek sambal terasi yang terlihat menggiurkan dengan tempe goreng yang ditata rapi di atas piring.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun