Mohon tunggu...
Yasril Faqot
Yasril Faqot Mohon Tunggu... -

Jika kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama besar maka menulislah (al-Ghazali)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bersyukur dan Ikhlas

1 September 2014   18:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:54 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Sesungguhnya bersamaan kesulitan itu pasti ada kemudahan” begitulah bunyi salah satu penggalan ayat yang ada di dalam Alquran. Hal ini seumpama sedih dan bahagia, perempuan dan lelaki, siang dan malam. Semuanya memang diciptakan saling bersamaan, saling beriringan dan saling melengkapi. Mungkin itu juga yang disebut kesempurnaan.

Seseorang bisa saja berfikir bahwa bahagia itu diukur dengan materi, uang dan harta. Tetapi seseorang yang lain juga berkeyakinan bahwa bahagia itu tidak selamanya dapat diukur dengan banyaknya uang ataupun harta benda yang bersifat empiris.

Seseorang bisa jadi merasa kesulitan, mengeluh dan resah ketika ia hanya memiliki uang satu juta rupiah, tetapi seseorang yang lain justru merasa senang dan amat bahagia ketika mempunyai uang sejumlah tersebut. Pertanyaannya kini kenapa dengan kepemilikan uang dalam jumlah yang sama tetapi bisa dirasakan oleh dua orang dengan rasa yang berbeda?

Bisa jadi orang yang pertama yang hanya memiliki uang satu juta itu memiliki kebutuhan yang relatif banyak melebihi jumlah uang yang ia miliki, sehingga ia pun merasa resah dan gelisah lalu tentunya kurang berbahagia. Akan tetapi seseorang yang merasa senang dan tenang ketika mempunyai uang satu juta, boleh jadi kebutuhan yang akan dia penuhi relatif lebih kecil dari uang yang ia miliki. Makanya ia pun tentu merasa tenang dan bahagia.

Dengan demikian kita dapat berfikir boleh jadi ketika kita melihat seseorang yang mempunyai rumah besar, kendaraan yang banyak dan mewah tetapi mereka belum merasakan bahagia justru kesusahan dan keresahan yang sering mereka rasakan. Dan boleh jadi pula ketika kita melihat seseorang yang hanyak memiliki rumah kecil dan harta yang relatif biasa-biasa saja mereka selalu merasa bahagia. Karena memang kebutuhan bahkan keinginan mereka lebih kecil dari nafsunya.

Oleh karenanya, seseorang dianjurkan untuk selalu bersyukur dan ikhlas, menanamkan sifat qona’ah (merasa cukup) dalam jiwa agar senantiasa merasa bahagia dalam hidup. Dalam Alquran disebutkan “Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan”. dan “hanya dengan mengingat Allah hati akan merasa tenang”.

Dua ayat Alquran di atas menunjukan bahwa bahagia dan ketenangan itu adalah persoalan hati, maka hati yang selalu bersyukur dan selalu ingat kepada Tuhannya lah yang akan selalu merasa bahagia yang sejati. wallahu’alam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun