Mohon tunggu...
Yasmin salwa Darmawan
Yasmin salwa Darmawan Mohon Tunggu... Administrasi - seorang pelajar

Pelajar -Desain Grafika

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adaptasi Zero Tolerance, Pemicu Kebersamaan Warga Balikpapan dalam Pembangunan

10 Juni 2021   14:00 Diperbarui: 10 Juni 2021   17:05 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun, motto 'Balikpapan Kubangun, Kujaga dan Kubela' sudah terbukti ampuh mendarah daging di semua lapisan masyarakat Balikpapan. Hal itulah yang menjadi kunci sukses pembangunan kota Balikpapan yang sangat teruji saat ini. Dan mampu menjadi kota termaju di kawasan Kalimantan.

Hal itu bisa dilihat dari banyak penghargaan yang diterima Kota Balkpapan yang melibatkan kebersamaan warganya, diantaranya yakni piala adipura paripurna, wahana tata nugraha, Indonesia Road Safety. Selain itu kota layak pemuda kategori utama, serta penghargaan zona integritas menuju wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih dan melayani.

Taman Bekapai Balikpapan I Dokpri
Taman Bekapai Balikpapan I Dokpri

Nah, Jika ditanya soal keragaman yang mengokohkan kebersamaan itu antar warga Balikpapan, ternyata ya bukan barang baru lagi untuk diulas. Lihat saja, dari komposisi setengah juta warga Balikpapan kini yang sangat heterogen, sudah menjadi semangat untuk memulai peradaban baru yang selalu harmonis sejak dulu dan terawat hinga kapan saja.

Dahulu saya pernah bertanya, siapakah suku asli yang mendiami kota Balikpapan ini sih? Hal itu wajar dong terlontar? Ternyata orang asli yang Balikpapan adalah masyarakat minoritas kota ini yakni Suku Balik, yakni suku dayak-paser. 

Dan sebaliknya, komposisi mayoritas malah diisi oleh warga-warga pendatang, termasuk ya saya ini.


Jika dilihat dari data BPS 2020, suku jawa menempati 42.13%, ada juga Bugis 19.94%, Banjar 13.65%, Madura 3.58% serta Tionghoa 2.48%. Namun dalam komunitas lain ternyata banyak suku yang bisa kita temukan di Balikpapan kok. Mulai dari Toraja, Minahasa, Makassar, mandar Minang, Batak, Sunda sampai Button. Kota Balikpapan bak miniatur Indonesia kini.

Keragaman inilah yang seakan menjadi kunci keberhasilan pembangunana kota Balikpapan untuk terus merancang pembangunan untuk terus melejit kini dan di masa mendatang.

Jika ada pepatah, dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung. Nampaknya hal itu bukanlah isapan jempol belaka. Pepatah itu, menjadi pemanja warga Balikpapan untuk menyatakan cintanya pada kota Balikpapan., meski notabene mereka bukan warga pribumi Balikpapan.

Kebersamaan itu dalam bentuk apa? Tentu saja, ikut serta dalam mendukung semua peraturan pemerintah kota dan menjalaninya dengan senang hati.

Terlebih tantangan peradaban baru itu sudah didepan mata, lewat terpilihnya provinsi Kalimantan Timur menjadi Ibu Kota Baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun