Mohon tunggu...
Yasmin Nandayana
Yasmin Nandayana Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Kognitif, Metakognitif, dan Pendidikan Konstruktivisme

7 November 2024   23:14 Diperbarui: 7 November 2024   23:16 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori Belajar Kognitif, Metakognitif dan Pendekatan Konstruktivisme 

Ada beberapa prinsip dasar dan teori belajar psikologi kognitif dan teori belajar psikologi kognitif, yaitu: 

1. Ormrod: Belajar merupakan proses internal. 

2. Lewin: Belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan struktur kognitif. 

3. Piaget: Proses berpikir merupakan tahapan fungsi intelektual dari konkret ke abstrak. 

4. Bruner: Belajar merupakan proses  perkembangan kognitif yang terjadi dalam diri seseorang.  

Piaget menjabarkan implikasi teori belajar kognitif pada pendidikan yaitu sebagai berikut: 

  • Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak.
  • Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
  • Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
  • Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. 

Pendekatan konstruktivisme  

Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Teori konstruktivisme memahami belajar sebagai proses pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh pembelajar itu sendiri. Menurut pandangan konstruktivisme, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. 

Teori Vygotsky yang terkenal adalah scaffolding, yaitu memberikan kepada seorang siswa sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri dalam belajar. 

Teori kognitif 

Teori belajar kognitif menekankan bahwa belajar terjadi melalui proses berpikir, memahami, dan mengingat. Saat kita belajar, otak mengolah informasi baru dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang sudah kita miliki. Dengan kata lain, belajar bukan hanya soal menghafal, tetapi memahami makna di balik informasi tersebut. 

Perkembangan Kognitif sebagai berikut: 

1. Sensorimotor 0-2 tahun. Mulai menggunakan imitasi, memori dan berpikir.  

2. Pre-Operational 2-7 tahun. Secara bertahap mengembangkan penggunaan bahasa dan kemampuan berpikir dalam bentuk simbol. Mulai dapat berpikir operasi melalui logika satu arah Masih mengalami kesulitan melihat pandangan/pemikiran orang lain. 

3. Concrete-operational 7-11 tahun. Dapat bernalar secara logis tentang kejadian-kejadian yang konkret. Dapat mengklasifikasi objek ke dalam kelompok yang berbeda-beda, serta dapat mengurutkannya.  

4. Formal operational 11 tahun -- dewasa. Dapat berpikir abstrak, idealistis, dan logis. Lebih saintifik dalam berpikir mengembangkan perhatian pada isu-isu sosial, identitas, dll. 

Teori Metakognitif 

Brown mendefinisikan metakognitif sebagai pengetahuan tentang kognisi seseorang yaitu pengetahuan dan bimbingan secara sadar seseorang pada proses kognitif mereka sendiri. Tujuan utama dari pengembangan metakognitif siswa adalah untuk mengembangkan individu yang mandiri dalam belajar. 

Ada 3 strategi metakognitif yang dapat dikembangkan untuk meraih kesuksesan belajar siswa, diantaranya: 

1. Tahap proses sadar belajar, meliputi proses untuk menetapkan tujuan belajar, memper timbangkan sumber belajar yang akan dan dapat diakses seperti menggunakan buku teks, mencari buku sumber di perpus takaan, mengakses internet di labor komputer atau belajar ditempat sunyi, menentukan bagaimana kinerja terbaik siswa akan dievaluasi, mempertimbangkan tingkat motivasi belajar, menentukan tingkat kesulitan belajar siswa. 

2. Tahap merencanakan belajar, meliputi proses memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar, merencanakan waktu dalam bentuk jadwal, serta menetukan skala prioritas dalam belajar, mengorganisasika materi pelajaran, mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk belajar dengan menggunakan berbagai strategi belajar (mind mapping, speed reaning, contructivitim, dan strategi belajar lainnya). 

3. Tahap pemantauan dan refleksi belajar, meliputi proses merefleksi proses belajar, memantau proses belajar melalui pertanyaan dan test diri (self-testing), seperti mengajukan pertanyaan, apakah materi ini bermakna dan bermanfaat bagi saya? Bagaimana pengetahuan pada materi ini dapat saya kuasai? Mengapa saya mudah atau sulit menguasai materi ini? Menjaga konsentrasi, dan motivasi tinggi dalam belajar. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun