Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beriman dalam Impitan Derita

3 April 2018   14:43 Diperbarui: 4 April 2018   15:51 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia resah, gelisah kemudian bingung, skeptis bahkan depresi? Itu artinya tetap saja menderita. Ya, menderita. Tapi bukan lagi menderita karena hal-hal yang disebutkan di awal, melainkan karena ketidaksanggupan menjawab pertanyaan yang paling hakiki dalam hidup.

Iman Melampaui Nalar

Sesunguhnya, alam batin manusia membutuhkan alasan-alasan besar yang berskala supra rasional dan hal itu hanya bisa diberikan oleh iman yang ada pada jagat spiritualitas, agama. Alasan-alasan dan landasan-landasan inilah yang akan memberikan arah dan tujuan besar bagi kehidupan manusia jauh di atas hal-hal yang bersifat lahiria seperti ritme hidup yang juga dialami hewan.

Pada titik itulah agama menawarkan jawaban yang esensial dalam konsep Allah, Tuhan yang menderita sebagaimana ada dalam dunia kekristenan. Dalam konteks ini (sungguh berharap) bebaskan saya dari prasangka bahwa saya bermaksud menegasikan iman agama-agama lain. Sebab saya  berpikir setiap agama memiliki pemahamannya sendiri ketika berhadapan dengan pengalaman penderitaan manusia.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa Allah, Tuhanharus menderita. Analogi seperti apakah yang bisa membawa nalar untuk mengerti maksudnya? Tidak usah berpikir yang terlalu rumit hingga rambut di kepala hilang atau bahkan yang paling ekstrem bisa gila sampai tidur dan tidak bisa bangun lagi.

Saya sendiri tidak mengingini pikiran dijejali oleh sekian banyak literatur tentang konsep, Allah, Tuhanyang menderita. Walau saya sadar pikiran saya telah dikandangkan oleh tumpukan buku-buku yang saya baca. Namun, saya hanya memiliki sebait pemahaman sederhana dari hasil pengolahan alam bawa sadar pribadi yang tentu saja masih sangat jauh dari rana ilmiah.

Meski saya menyadari bahwa bukan perkara enteng memahami sesuatu yang absolut dengan mengandalkan narasi pikiran sendiri. Namun, iman dalam hati sesungguhnya memberi pencerahan, yakni iman akan kebesaran Tuhan yang melampaui akal budi.

Sejujurnya tidak gampang bagi manusia untuk melihat makna dan maksud Ilahi di balik semua peristiwa hidup yang memilukan. Hemat saya tidak perlu memiliki konsep yang mentereng tinggi bila akhirnya hanya menuai ambiguitas.

Sederhananya demikian, Allah, Tuhan  yang Maha Besar itu dengan segala kuasaNya bisa melakukan apa saja bahkan di luar dari apa yang menjadi perkiraan manusia. Contoh nyata dalam pandangan kekristenan adalah Allah mau menderita seperti yang dialami manusia. Dalam bahasa manusiawi Allahsaja menderita, apalagi manusia. Apakah hanya sampai di situ penjelasannya?

Tentu tidak. Allahmau hidup solider dengan manusia. Allah mengambil bagian penderitaan, berbela rasa dengan penderitaan manusia. Semuanya bertujuan agar manusia meniru apa yang Dia perbuat yaitu melihat penderitaan yang ditanggung sebagai cawan yang mesti diterima dan dijalankan.

Allah menghendaki manusia menderita untuk menunjukkan belas kasihNya yang berlimpah. Ia menyediakan hal-hal yang tidak dapat dimengerti akal. Surga bagi yang beriman atau bagi yang percaya dan yang selalu berharap akan kemurahanNya dan neraka bagi yang tidak setia atau yang hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri. Aneh? Tidak ada yang aneh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun