Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jiwa Tersangkar

18 Desember 2017   11:56 Diperbarui: 18 Desember 2017   12:21 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Inilah yang menjadi penyebab utama mengapa perempuan juru masak itu tak pernah mendapat belaian lembut lelaki di rumah karantina itu. Pasalnya, ia berada di tempat di mana hal itu haram dan najis untuk dilakukan.

Namun, pengalaman perjumpaannya dengan Misel memunculkan keraguan dan tanda tanya besar akan integritas diri pribadi dari para penghuni rumah karantina. Hal itu pula yang mendorongnya untuk terus bergumul guna mencari dan menemukan jawaban, sekurang-kurangnya untuk memuaskan dahaga keingintahuannya:

"Jika semua pria tampan berjubah putih di sini adalah manifestasi keagungan Ilahi maka sesungguhnya Misel tak seharusnya berperilaku genit terhadapku. Mungkinkah perilaku Misel menggambarkan perilaku mereka pada umumnya? Tapi..., rasa-rasanya itu tidak mungkin. Mereka semua yang ada di sini dekat dengan Tuhan. Mereka selalu mendaraskan mazmur dan kidung pujian setiap pagi, siang, sore dan malam hari menjelang tidur. Mereka semua tidak mudah dijatuhkan oleh godaan apa pun bahkan paha perawan yang tersingkap sulit mereka tatap. Tetapi mengapa Misel cowok tampan itu? Aiish..., aku harus menasehatinya dengan nalar sederhana yang kumiliki agar ia menekuni cara hidup selibat secara benar dan jujur."

Juru masak ini memang satu dari sekian banyak orang yang mendukung perjalanan hidup kaum selibater. Dukungannya sangat tulus dan tanpa pamrih. Sebuah dukungan yang mengikat namun tetap membiarkan untuk bebas memilih antara menjadi imam selibater yang memang wajib tidak kawain, atau hidup berkeluarga yang sudah pasti kawin.

Perempuan juru masak itu berusaha mencari waktu yang tepat untuk bisa berbicara empat mata dengan Misel lelaki bermata mesum itu. Tetapi, bukanlah hal yang mudah baginya untuk bertemu Misel, pria yang terpenjara dalam ketatnya aturan dan padatnya kegiatan akademik yang menjadi rutinitas warga di rumah karantina nan suci itu. Ia sendiri juga terjebak dalam beratnya pekerjaan sebagai juru masak yang ia emban sendirian.

Walau demikian, perempuan juru masak itu memiliki keyakinan sendiri:

"Besok pagi aku akan bangun lebih awal dari biasa. Aku yakin si mata mesum itu akan bangun lebih awal lagi untuk melakukan aktivitas abnormalnya."

Begitulah keyakinan perempuan juru masak itu. Dan keesokan harinya, sebagaimana biasa, juru masak itu melaksanakan tugasnya. Ia menyiapkan sarapan pagi bagi para penghuni rumah karantina.

Ia sudah menduga kalau Misel akan melakukan perbuatan seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya, yaitu mengintipnya dari balik jendela dapur sembari menyetubuhi bayangan dirinya. Ia yakin benar kalau Misel masih melakukan hal serupa. Dan, demikianlah adanya.

Dengan penuh was-was bersama jantung yang berdegup kencang, perempuan juru masak itu memberanikan diri mendekati Misel yang asyik menyetubuhi dirinya sendiri dengan mata terpejam.

"Misel..., aku tahu apa yang sedang engkau lakukan. Rasanya, ini bukan kali pertama engkau melakukan itu sembari mengintipku dari balik jendela."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun