Mohon tunggu...
Yasintus Ariman
Yasintus Ariman Mohon Tunggu... Guru - Guru yang selalu ingin berbagi

Aktif di dua Blog Pribadi: gurukatolik.my.id dan recehan.my.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peranan Keluarga dalam Menyikapi Pengaruh Media Massa Terhadap Anak

10 Maret 2017   13:09 Diperbarui: 7 Maret 2018   04:24 8624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Keluarga memiliki peranan yang sangat signifikan dalam pembentukan karakter anak terutama dalam menghadapi berbagai pengaruh yang berkembang sebagai konsekwensi logis dari pesatnya kemajuan media massa saat ini.  Anak rentan terhadap efek buruk dari media massa sehingga menuntut perhatian serius dari keluarga sebagai basis pertama dan pokok pendidikan anak.

Kata media menurut kamus online Merriam Webster adalah “suatu saluran atau sistem komunikasi, informasi, atau hiburan.” Lebih khusus lagi media massa merujuk pada alat-alat komunikasi yang dirancang untuk menjangkau sejumlah besar orang. Sejarah mencatat bahwa pada awal tahun 1990-an, tampak bahwa dunia media massa ditentukan. Terdapat media cetak yang meliputi surat kabar dan majalah, media penyiaran yang meliputi radio dan televisi.

 Tetapi sekarang ini muncul internet sebuah media baru revolusioner yang digunakan secara luas. Internet menggabungkan fitur-fitur media lain. Pengguna dapat membaca artikel seperti pada publikasi cetak, mendengarkan musik seperti di radio, atau menonton video seperti di televisi. Internet juga menyediakan fitur-fitur yang tidak ditawarkan oleh media lain seperti interaktivitas dan jangkauan global.

Media massa berpengaruh besar pada kehidupan anak-anak remaja sekarang ini. Melalui media massa, banyak informasi tentang perkembangan terbaru yang dilihat dan dialami oleh para remaja. Berkembang pesatnya teknologi informasi dan telekomunikasi saat ini, memang memudahkan para remaja untuk mengakses hal-hal baru yang berhubungan dengan pendidikan, mereka bisa berkomunikasi dengan siapa saja dan mengetahui peristiwa yang terjadi di tempat lain secara cepat.

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa anak-anak remaja sendiri paling rentan terjebak dalam pengaruh buruk media massa. Arus informasi dapat dengan cepat mempengaruhi perkembangan pola pikir anak remaja yang mengarah kepada perubahan perilaku sosialnya. Saat ini begitu banyak remaja yang menggunakan media dan begitu banyak produk media menjangkau para remaja, sehingga hubungannya telah menjadi hubungan dua arah. 

Para remaja sangat dipengaruhi oleh muatan yang disediakan oleh media massa, disaat yang bersamaan media massa menjadi sangat dipengaruhi oleh apa yang diinginkan para remaja. Media massa di satu sisi membawa dampak positif tetapi di sisi lain membawa pengaruh negatif bagi kehidupan anak remaja. Bicara tentang pengaruh yang positif, semua pihak pasti akan merasa senang. Tetapi, dampak negatif sudah pasti dapat meresahkan banyak orang.

Hal yang tidak dapat disangkal bahwa perkembangan media massa sekarang ini sejalan dengan arus globalisasi  yang menjerumuskan para remaja ke hal-hal buruk. Banjir informasi yang gampang diakses tanpa kontrol. Budaya-budaya luar dapat dengan mudah masuk dan menggeser kebudayaan setempat. Celakanya, para remaja menyukai pola  hidup westernisasi dengan kecenderungan meniru habis-habisan kebudayaan atau pola hidup kebarat-baratan, seperti pergaulan yang serba bebas, cara berpakaian, gaya rambut serta hal-hal lainnya yang tidak sesuai dengan kekhasan budaya nasional bangsa Indonesia.

Efek terburuk dari pola hidup seperti ini yakni banyak anak remaja yang terjerumus dalam free sex yang berakibat hamil di luar nikah yang kemudian melakukan aborsi. Fatalnya lagi, bahwa free sex atau seks bebas seakan tidak lagi dilihat sebagai suatu bentuk penyimpangan terhadap norma yang berlaku dalam masyarakat tetapi sudah berkembang menjadi sebuah gaya hidup. Ada juga remaja-pelajar yang melakukan penyalahgunaan narkoba dan minuman keras serta merokok. Prestasi mereka menurun, cenderung memberontak terhadap guru dan orangtua, suka tawuran, motivasi belajar sangat rendah serta kurang menyukai kegiatan-kegitan ekstrakurikuler di sekolah. Keadaan ini sudah menujukkan suatu masa depan yang suram.

Untuk menghadapi berbagai kemungkinan buruk yang bakal dialami oleh anak remaja, keluarga mempunyai peran yang sangat penting dan urgen. Keluarga sebagai institusi pertama dalam pembentukan intelektual dan karakter anak, layak disoroti dalam konteks ini. Pada kebanyakan kasus, banyak orangtua yang mempercayakan sepenuhnya pendidikan anaknya pada pihak sekolah atau lembaga pendidikan. Ketika anak memiliki karakter  atau bahkan kapasitas intelektual yang tidak memuaskan, orangtua cenderung mempersalahkan guru atau para pendidik. Orangtua seakan cuci tangan terhadap persoalan yang dialami oleh anaknya.

Sesungguhnya, faktor yang memungkinkan para remaja mudah terjerumus ke dalam perilaku negatif, yakni kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orangtua. Dan juga orangtua terlalu ofer protective artinya melindungi atau mengekang anaknya secara berlebihan sehingga anak sulit berkreasi atau berkembang berdasarkan keadaan dirinya yang sebenarnya. Orangtua juga tidak pernah mau mendengarkan keluhan anaknya dan enggan memahami persoalan yang dialami oleh anaknya.

Ada juga orangtua yang membiarkan anaknya lepas bebas tanpa ada aturan yang mengikat dengan suatu alasan agar anak merasa senang dan bahagia. Hal ini menyebabkan anak mencari pemecahan sendiri terhadap persoalan yang dihadapinya. Di sini media massa memberikan akses yang memudahkan anak untuk menceburkan diri di dalamnya. Anak cenderung jatuh dalam perbuatan yang melanggar entah sebagai suatu sikap protes dan memberontak terhadap orangtua pun lingkungannya. Karena sebagian besar remaja pada saat ini kalau ditilik dari bahasa atau percakapan dan dalam pergaulan bisa disebut sebagai generasi layar kaca (televisi), generasi mal atau generasi handphone, dan generasi internet. Mereka juga tak malu menyebut diri sebagai generasi dugem (dunia gemerlap/malam).

Berhadapan dengan kenyataan ini, saatnya orangtua mengubah metode dan perspektifnya dalam mendidik anak. Orangtua tidak hanya sebatas melahirkan anak dan memenuhi kebutuhan hidupnya secara materi. Namun lebih dari itu, orangtua haruslah menjadi guru bagi anaknya. Artinya, orangtua harus memantau arah perubahan dan perkembangan anaknya terutama ketika anaknya beranjak remaja, serta cepat tanggap terhadap perubahan perilaku anaknya, terutama sikap yang melenceng dari norma agama serta norma hidup sosial budaya kemasyarakatan bangsa Indonesia. Hal ini akan memungkinkan anaknya bertumbuh dalam pola pikir dan tata laku hidup yang berorientasi pada persiapan masa depan yang lebih baik. Orangtua harus selalu membangun dialog atau komunikasi yang harmonis dengan anak.

Orangtua harus bisa membagi waktu antara kesibukan mencari nafkah (kerja) dan ada bersama anak. Orangtua juga harus melek terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sebagai konsekwensi logis dari pesatnya perkembangan media massa saat ini. Dengannya, orangtua bisa mengetahui mana yang bermanfaat untuk pertumbuhan atau perkembangan anak dan mana yang harus dihindari atau dijauhkan. Di sini dibutuhkan sikap kritis dan selektif terhadap perkembangan baru yang ditawarkan oleh media massa. Bersikap kritis berarti sanggup membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Selektif berarti berani memilih hal yang baik untuk kemajuan diri, sesama dan lingkungan sosial kemasyarakatan.

Supaya hal ini bisa terlaksana, ada beberapa hal yang mesti perhatikan Pertama, orangtua mengajak anak untuk selalu menjalin relasi yang  akrab dengan Pencipta seturut agama dan kepercayaan yang dianut. Setiap agama tentu mengajarkan tentang tata laku atau moral yang benar dalam kehidupan. Ketika tekun beribadah atau berdoa niscaya akan mengarahkan anak remaja ke jalan hidup yang benar.  Kedua, orangtua harus mampu menghadirkan sikap cinta dan  rasa memiliki akan  norma atau aturan yang baik sesuai kebudayaan nasional bangsa Indonesia dengan menaati dan mengamalkannya dalam hidup keluarga.

 Norma kebudayaan di sini berfungsi sebagai instansi yang mengontrol perilaku anak remaja agar tetap sesuai dengan kehendak bersama dalam hidup bermasyarakat. Pola pergaulannya diarahkan untuk kebaikan dan kebahagiaan hidup bersama. Karena itu memilih teman yang baik dalam pergaulan mutlak perlu dilakukan. Ketiga,mengarahkan anak remaja untuk berani mengatakan tidak pada informasi dari media massa yang mengajaknya untuk melakukan hal-hal buruk. Perhatian dan kasih sayang yang tulus dari orangtua akan menumbuhkan rasa percaya diri anak untuk tidak mudah terjerumus ke dalam perbuatan atau perilaku yang menghancurkan.

Media massa memang memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan anak namun hal itu tidak akan menggantikan keluarga sebagai pokok dasar pendidikan anak. Teladan hidup serta perhatian yang tulus dari keluarga (orangtua) akan mendorong anak untuk bertumbuh dan berkembang ke arah kebaikan bagi dirinya, sesama serta bagi bangsa dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun