Makassar, 8 Agustus 2025 -- Inovasi bisa lahir dari hal sederhana, bahkan dari yang selama ini dianggap limbah tak berguna. Hal inilah yang dibuktikan oleh dua mahasiswa Program Studi Ilmu Peternakan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Khaerul Syawal dan Hawaniah Hamzah, yang sukses meraih Juara 3 Nasional dalam ajang Kompetisi Ilmiah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (KI-PTKIN) 2025.
Mengusung judul poster ilmiah "Keratin: Harta Tersembunyi dari Bulu Ayam", karya mereka berhasil mencuri perhatian dewan juri dan peserta lain di ajang bergengsi tersebut. Lewat pendekatan biosains dan bioteknologi halal, mereka menawarkan solusi inovatif terhadap masalah klasik limbah rumah potong unggas (RPU), yang selama ini kerap menjadi sumber pencemaran lingkungan.
Dalam keterangan mereka, Khaerul Syawal dan Hawaniah menjelaskan bahwa bulu ayam---yang menyumbang sekitar 12,3% dari total limbah rumah potong unggas---memiliki kandungan keratin, sejenis protein keras yang bernilai tinggi. Keratin banyak digunakan dalam industri kecantikan, terutama sebagai bahan aktif dalam shampo dan produk perawatan rambut.
"Banyak orang melihat bulu ayam sebagai sesuatu yang kotor dan tidak berguna. Padahal, jika diekstrak dengan metode yang tepat, keratin di dalamnya bisa menjadi produk bernilai ekonomi tinggi," jelas Khaerul.
Proses yang mereka rancang cukup sederhana namun efektif. Dimulai dari tahap pengumpulan bulu ayam dari RPU, lalu dilakukan pencucian, sterilisasi, hingga perendaman dalam larutan NaOH dan urea yang dipanaskan. Selanjutnya, cairan hasil perendaman tersebut dimurnikan menggunakan campuran surfaktan, pelembab, dan pengawet, hingga menghasilkan keratin murni siap digunakan sebagai bahan baku shampo.
Tak hanya soal nilai ekonomi, inovasi ini juga menjawab kebutuhan akan pengelolaan limbah peternakan yang lebih ramah lingkungan. Menurut data yang mereka paparkan, limbah RPU terdiri dari 46,2% jeroan, 35,4% limbah lunak, 12,3% bulu, dan 6,2% darah. Dari data tersebut, bulu ayam menjadi salah satu limbah terbesar yang belum dimanfaatkan optimal.
Dengan mengolah limbah menjadi produk bernilai tambah, inovasi ini juga sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular dan tren industri halal yang terus berkembang, baik di dalam negeri maupun secara global.
"Harapannya, industri peternakan mulai melihat limbah bukan sebagai beban, tapi sebagai potensi. Bahkan limbah bisa menjadi bahan baku industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," ungkap Hawaniah.
Pencapaian ini menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa dapat menjadi aktor penting dalam menjawab tantangan zaman. Inovasi mereka tak hanya berangkat dari kepekaan terhadap persoalan lingkungan, tetapi juga dari kemampuan menerjemahkan teori menjadi karya aplikatif yang berdampak nyata.
Kompetisi KI-PTKIN sendiri merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan untuk mendorong iklim riset dan inovasi di kalangan mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri se-Indonesia. Tahun ini, tema besar yang diangkat adalah "Inovasi Berbasis Sains dan Teknologi Islami untuk Peradaban Masa Depan."