Bayangkan kamu seorang pengembang software, duduk santai menikmati kopi, lalu tiba-tiba klien datang dengan pernyataan sakti: "Saya ingin aplikasi yang simpel, tapi canggih, mudah digunakan, tapi punya banyak fitur." Oke, itu ibarat seseorang minta mobil sport yang irit bensin dan bisa terbang ke bulan.
Inilah kenapa elisitasi software requirement itu penting. Elisitasi adalah seni memahami apa yang sebenarnya diinginkan pengguna, meskipun mereka sendiri kadang tidak tahu. Proses ini adalah tahap awal dalam rekayasa perangkat lunak di mana kita menggali kebutuhan, keinginan, dan harapan pengguna sebelum semuanya berakhir menjadi proyek yang penuh dengan fitur-fitur tidak berguna.
Metode Elisitasi: Dari Wawancara Santai Sampai Paksaan Halus
Dalam usaha memahami isi kepala pengguna, ada beberapa metode yang bisa dipakai:
1. Wawancara (Interview)
Metode klasik ini seperti ngobrol dengan gebetan, di mana kita harus menggali informasi dengan pertanyaan yang tepat. Jika tidak hati-hati, bisa-bisa kita mendapatkan jawaban yang membingungkan seperti, "Terserah, yang penting bagus."
Menurut Norheim & Rebentisch (2024), dengan bantuan Large Language Models (LLM) seperti GPT-4, kita bisa otomatis menerjemahkan jawaban pengguna yang abstrak ke dalam struktur requirement yang lebih jelas.
2. Observasi
Metode ini cocok buat pengguna yang suka bilang "Gampang ini, tiap hari saya pakai." Tapi ketika diamati, ternyata mereka melakukan tiga belas langkah berputar-putar sebelum menyelesaikan satu tugas sederhana.
3. Workshop & Brainstorming
Metode ini memungkinkan banyak pemangku kepentingan berkumpul dalam satu ruangan untuk membahas fitur yang diinginkan. Biasanya sesi ini bisa berubah menjadi debat kusir antara yang ingin desain minimalis vs yang ingin tombol warna-warni segede gaban.