Mohon tunggu...
Yanuar DwikiViali
Yanuar DwikiViali Mohon Tunggu... Freelance

Manusia yang lahir 20 tahun lalu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Modernitas dan Kesenjanagan Generasi : Menemukan Titik Temu Dalam Etika Berdialog

18 Oktober 2025   01:40 Diperbarui: 18 Oktober 2025   01:41 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hidup di era modern seperti sekarang ini membuat pola pikir manusia berkembang dengan sangat cepat. Kemajuan teknologi yang begitu pesat menuntut setiap individu untuk terus beradaptasi agar tidak tertinggal oleh arus perubahan zaman. Kehidupan modern menghadirkan berbagai inovasi dan penemuan baru yang mengubah cara kita berinteraksi, bekerja, bahkan berpikir. Otak manusia seolah telah terbiasa dengan skema perubahan yang berkelanjutan --- ketika satu kemajuan muncul, maka akan segera diikuti oleh kemajuan lain yang tak kalah besar. Perubahan ini menciptakan siklus perkembangan yang terus berputar tanpa henti, membuat manusia mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan dinamika baru di berbagai aspek kehidupan.

Dalam konteks sosial, kehidupan bermasyarakat tentu tidak bisa dilepaskan dari interaksi lintas generasi. Setiap generasi memiliki pengalaman, cara pandang, dan nilai-nilai yang berbeda. Generasi yang lebih tua, misalnya, banyak di antara mereka yang tidak sepenuhnya mengikuti laju perkembangan zaman. Sementara generasi muda tumbuh dalam lingkungan yang serba cepat, digital, dan terbuka terhadap hal-hal baru. Perbedaan ini sering kali menimbulkan jarak atau yang disebut sebagai generation gap. Generasi sebelumnya cenderung memandang bahwa sistem dan cara hidup masa lalu merupakan sesuatu yang sudah mapan, stabil, dan tidak perlu diubah. Di sisi lain, generasi muda melihat bahwa perubahan adalah keniscayaan, dan mengikuti perkembangan teknologi merupakan langkah penting untuk menjaga keberlangsungan hidup dan kemajuan peradaban.

Pola pikir yang semakin maju, kritis, dan terbuka dari generasi muda ini kadang menimbulkan perdebatan dengan generasi sebelumnya. Para pemuda yang berani mengemukakan pendapat atau mempertanyakan sistem yang ada sering kali dianggap menentang tradisi atau bahkan dinilai kurang sopan. Padahal, semangat bertanya dan berdialog merupakan bagian dari proses berpikir kritis yang sehat. Tantangannya terletak pada bagaimana menyampaikan argumen dengan tetap menjunjung tinggi etika, kesantunan, dan rasa hormat terhadap yang lebih tua.

Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan dalam menyampaikan pendapat agar tetap sopan namun tetap tegas.

  1. Intonasi. Banyak pemuda yang tidak sadar bahwa nada bicara mereka terlalu tinggi ketika berargumen, sehingga terdengar kasar atau tidak sopan di telinga orang yang lebih tua. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan intonasi yang tenang, lembut, dan santun agar pesan dapat diterima dengan baik tanpa menyinggung perasaan lawan bicara.
  2. Penyelaan. Hindari kebiasaan menyela ketika orang lain sedang berbicara. Menyela percakapan dapat dianggap sebagai bentuk ketidakhormatan atau perlawanan terhadap pendapat orang lain. Sebaiknya, dengarkan terlebih dahulu hingga lawan bicara selesai berbicara, baru kemudian sampaikan tanggapan dengan bahasa yang baik.
  3. Penggunaan Bahasa. Pilihlah kata-kata dengan cermat. Diksi dan susunan kalimat sangat memengaruhi bagaimana pesan diterima. Kalimat yang terlalu tajam bisa menyinggung, meskipun maksudnya benar. Gunakan bahasa yang halus, sopan, dan komunikatif agar lawan bicara merasa dihargai.
  4. Ekspresi dan Sikap. Sampaikan argumen dengan wajah yang cerah, senyum, dan gestur yang tenang. Hindari ekspresi marah atau terlalu berapi-api. Dengan sikap yang ceria dan terbuka, lawan bicara akan merasa lebih nyaman untuk menerima pendapat kita.

Dengan memadukan keberanian berpendapat dan kesantunan dalam berbicara, generasi muda dapat menjadi jembatan antara kemajuan zaman dan nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi oleh generasi sebelumnya. Perbedaan cara pandang bukanlah alasan untuk saling bertentangan, melainkan peluang untuk saling memahami demi menciptakan harmoni sosial di tengah perubahan zaman yang kian cepat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun