Mohon tunggu...
Yanto Lengo
Yanto Lengo Mohon Tunggu... Rohaniwan Katolik

人生は素晴らしい

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidup yang Berbuah

16 Mei 2024   06:47 Diperbarui: 16 Mei 2024   06:58 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bapak/ibu, saudara/i yang terkasih dalam Kristus.
Hari ini kita akan merenungkan tema, "HIDUP YANG BERBUAH", berdasarkan Injil Yohanes 15:8, "Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan , yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku ."

 Bobot hidup manusia tidak diukur dari berapa lama seseorang itu hidup, tetapi diukur dari seberapa banyak ia berbuat baik dan memberikan buah bagi sesamanya.

Dalam Injil, Yesus menegaskan supaya hidup kita berbuah . Berbuah artinya memberi manfaat bagi orang lain. Panggilan seorang Kristen sebagai ranting yang menghasilkan buah adalah untuk bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita merenungkan, apakah kehadiran kita telah menghasilkan manfaat yang baik atau tidak?
Untuk menjawabi pertanyaan ini, marilah kita merenungkan tiga point hidup yang berbuah.
Pertama, buah pertobatan
Kedua, buah Roh
Ketiga, buah jiwa-jiwa

Kita membahas bagia pertama buah pertobatan.
"Bertobat" (dalam bahasa Yunani, "metanoia"), artinya penyesalan atas dosa masa lalu dan lebih dari itu pertobatan radikal dan perubahan total dalam cara hidup kita.
Pertobatan artinya kita menanggapi dan membuka diri terhadap kasih Allah. Allah selalu mengasihi kita, tetapi kita seringkali menjauhi diri dari kasih Allah atau menolak kasih Allah yang kita sebut "dosa". Untuk itu kita memerlukan pertobatan.
Pertobatan, atau berpaling dari satu jalan ke jalan lain, bukanlah terutama menemukan Tuhan tetapi yang terutama  adalah kita "ditemukan oleh Tuhan".
"Bertobat" -- bukan tentang perubahan hati satu kali saja, tetapi transformasi hidup kita setiap hari secara berkelanjutan. Artinya pertobatan itu mesti dihidupi setiap hari.
Namun perlu diingat, kita bertoat bukan karena adanya ancaman malapetaka, kematian atau neraka. Malapetaka atau kematian tidak selalu menjadi hukuman atas dosa. Dosa dapat menuntun orang pada tragedi, tetapi tidak semua tragedi hidup terjadi karena dosa. Jadi kita jangan muda menjudge orang yang mengalami tragedi dan bencana karena "dosa".

Kita dapat belajar dari kisah pertobatan Zakheus.
Zakheus yang sebelumnya adalah seorang kepala pemungut cukai, dianggap pemeras, penjahat dan pendosa, namun ia mengalami perubahan dalam hidupnya setelah bertemu Yesus.
Bahkan Zakheus berkata, Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin  dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat."

Kedua, buah Roh.
Mari kita melihat teks  Galatia 5:22 tentang buah-buah roh. "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri".
Pertobatan sejati seseorang akan menghasilkan buah-buah Roh dalam hidupnya. Sebagaimana yang ditampilkan oleh Zakheus.
* Tadinya serakah, sekarang malah murah hati dengan memberikan setengah dari hartanya.
* Tadinya kejam terhadap orang miskin, sekarang malah lemah-lembut dan penuh belas kasih.
* Tadinya keras dan kasar, tapi sekarang menjadi orang yang peduli, care.
* Tadinya mementingkan diri sendiri (mengejar kekayaan demi diri sendiri), sekarang mementingkan orang banyak.
Zakheus menemukan bahwa relasi dengan Tuhan lebih penting dibanding harta dan jabatan.

Ketiga, buah jiwa-jiwa
Dengan sakramen baptisan kita menjadi anak Allah dan mebjadi saksi Kristus dibtengah dunia. Mari kita melihat teks Kisah pararasul pasal 1 ayat 8 "Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksi-Ku."
Tugas kita adalah menjadi saksi Kristus di tengah dunia dan menyelamatkan jiwa-jiwa yang belum mengenal Yesus Kristus. Menjadi saksi Yesus Kristus tidak berarti kita selalu berbicara tentang Yesus di mana-mana, tetapi lebih dari itu kita memberikan kesaksian melalui sikap dan perilaku kita, itulah buah dari kita sebagai murid Kristus.
Kita kan biasa mendengar pepatah, "Gajah mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan kenangan".
Seseorang yang hidupnya banyak melakukan kebaikan akan terus dikenang dan bahkan teladan hidupnya menjadi pelajaran bagi orang-orang yang masih hidup.
Kita dapat belajar dari tokoh-tokoh Kristiani seperti Romo Mangunwijaya, atau  Mother Teresa dalam pewartaanya tidak melulu berbicara tentang Yesus tetapi bagaimana menghidupi nilai-nilai yang diajarkan Yesus.

Semoga Tuhan memberkati kita semua...Amin.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun