Mohon tunggu...
Yanti Rahmayanti
Yanti Rahmayanti Mohon Tunggu... Guru SMP

Hobi: membaca dan menulis puisi, cerpen/carpon dan novel

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lebaran Berlalu, Saatnya Benahi Diri

5 April 2025   21:38 Diperbarui: 5 April 2025   21:38 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selamat Hari Raya Idulfitri, Mohon Maaf Lahir Batin (Sumber: Dokpri)

             

             Lebaran telah usai. Hari kerja sudah semakin dekat. Para pemudik kini mulai putar balik ke tempat asalnya masing-masing setelah menghabiskan waktu lebaran di kampung halaman bersama keluarganya. Perasaan senang, bahagia dan juga sedih tentunya bercampur aduk di saat mereka harus kembali. Setelah rindu terobati dengan bersua orang tersayang, kini mereka harus rela kembali berpisah. Andaikan dapat meminta, tentu tak akan dibiarkan waktu memutus kebersamaan. Sayang, semua itu hanya angan. Saatnya kaki harus teranyun, kembali merajut mimpi yang tertunda.

               Putar arah ke tanah rantau jadi pilihan yang tak terelakkan. Kampung halaman terpaksa ditinggal pergi. Ada mimpi yang belum usai. Meniti satu persatu jalan, merangkai bunga harapan yang mungkin kuncupnya telah mulai mekar. Menegarkan hati, memantapkan langkah, berjalan dengan penuh kepastian.

               Pertemuan yang telah terjadi di hari Raya Idulfitri bukan sekedar fisik, tapi penyatuan jiwa yang melahirkan kekuatan. Jarak yang selama ini membentang membuat langkah terbatasi. Ada banyak hal yang tak dapat dilakukan ketika keluarga terpisah, biarpun komunikasi bukanlah masalah berarti. Tetap saja tangan tak dapat saling menggapai, memeluk dan juga menenangkan. Hanya lisan yang mampu terjalin. Di hari lebaran inilah -- saat jarak tak lagi masalah -- rindu dendam tertumpahkan. Jalinan yang merenggang kembali terikat kuat. Kata maaf yang terucap secara langsung di antara insan yang pernah saling kontak, menumbuhkan sebuah kelegaan hati yang tiada terkira. Membuat langkah semakin terasa ringan.

               Apa yang terjadi di kampung halaman akan menjadi memori yang selalu dikenang. Kenangan manis akan menjadi kekuatan dahsyat untuk dapat melesat cepat. Energi besar akan tercipta karenanya. Hidup terasa lebih berarti dan indah. Sebaliknya, kenangan buruk akan menjadi hantu yang mengerikan, trauma tak berkesudahan juga racun yang mematikan. Jalan hidup semakin sempit, cahaya suram semakin meredup, kemudian gulita.

               Kembali pada makna Idulfitri, suci -- seperti terlahir kembali -- seharusnya dapat membuat seorang muslim mampu merefleksi diri akan apa yang telah terjadi. Kemudian membenahinya menjadi lebih baik. Baik buruk dari masa lalu hendaknya dijadikan pembelajaran, cermin masa depan. Sehingga dari dalam jiwa yang telah kembali suci ini akan mengabadikan indahnya masa lalu dan mengubur pahitnya kenangan.

               Selamat berjuang, semoga setelah hari yang fitri ini tidak ada lagi noda yang akan kita ciptakan. Namun semangat juang yang semakin membara untuk menjadi insan terbaik di dunia dan akhirat kelak. (YR)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun