"Well students, we have to stop the class now. Remember, collect your task next week. OK, see you. Bye."
"Bye, Miss. Deidre. See you tomorrow. Take care yourself, Miss."
"Thanks a lot."
Miss. Deidre melangkah keluar kelas sambil melambaikan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya menjinjing sebuah tas hitam berisi laptop. Tak ketinggalan ketiak kanannya juga menggapit dua buah buku yang lumayan tebal. Senyum indah wanita bule itu tak pernah lepas saat mengakhiri sesi pertemuan kami di kelas. Ya, satu-satunya dosen bule yang kami miliki di kampus ini memang begitu ramah sehingga menjadi magnet tersendiri bagi kami para mahasiswanya. Merasa dekat, layaknya dengan ibu sendiri.
Aku mengikuti langkah teman-temanku meninggalkan ruangan di lantai 3 ini. Bersabar  melaju karena ternyata beberapa kelas lain juga bubar pada saat yang bersamaan. Traffic terjadi pada saat menuruni tangga. Sesaat aku berhenti sejenak. Kulirik angka pada jam tangan yang melingkar di tangan kananku. 17.35. Waduh sebentar lagi beduk magrib nih. Sekuat tenaga aku mencari celah di antara  para mahasiswa yang pastinya memiliki tujuan yang sama denganku, berburu takjil. Alhamdulillah, meskipun kampus umum namun 90% mahasiswa di tempatku ini adalah muslim.
Beruntung tubuh langsingku dengan mudah melewati sainganku. Hingga di depan gerbang ini aku berdiri menunggu seseorang yang tadi siang telah berjanji bertemu di sini.
"Hei, bengong aja!"
Sebuah tepukan mendarat di bahuku.
"Huh, kebiasaan ngagetin orang!"
Aku berbalik memutar tubuh. Sudah kutebak siapa pelakunya. Benar saja, seorang gadis berhijab, bermata sipit tengah cengengesan dengan wajah tanpa dosa.