Mohon tunggu...
Yanti Rahmayanti
Yanti Rahmayanti Mohon Tunggu... Guru - Guru SMP

Hobi: membaca dan menulis puisi, cerpen/carpon dan novel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

The Readers and The Writer: Alternatif Pembelajaran Interaktif

10 November 2022   18:22 Diperbarui: 10 November 2022   18:29 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberhasilan sebuah proses pembelajaran akan sangat ditentukan oleh peran seorang guru. Guru diharapkan mampu mengelola kelas dengan baik. Di samping itu, mereka juga diharapkan memiliki ide-ide kreatif yang bervariasi dalam setiap penyampaian materi ajar dengan menciptakan atau menerapkan berbagai model pembelajaran. Hal inilah nanti yang akan menjadi salah satu motor penggerak guna mencapai keberhasilan sebuah kegiatan pembelajaran.

Ada berbagai model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar, baik di dalam ataupun di luar kelas. Rasanya sudah tak asing lagi dengan model pembelajaran jigsaw, cooperative-learning, make -- a match, think pair and share, debate dan banyak lagi yang lainnya. 

Kita sebagai seorang guru tentu harus pandai memilah dan memilih model pembelajaran mana yang sesuai dengan materi ajar dan kondisi kelas. Tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan dengan apa yang akan kita sampaikan.

Selain itu, jangan lupa memperhatikan kondisi kelas. Rasanya kurang bijak jika kita menerapkan model pembelajaran debate saat mengetahui siswa dalam keadaan lelah sehabis berolahraga. Alternatif lain yang lebih tepat tentu dapat kita pilih.

Menerapkan sebuah model pembelajaran haruslah memperhatikan beberapa kondisi, di antaranya: jam belajar, materi pembelajaran dan keadaan siswa. Menghadapi siswa dengan materi pembelajaran yang sama namun pada waktu yang berbeda membutuhkan trik kreatif agar pembelajaran berjalan menyenangkan. 

Kondisi siswa di pagi hari akan memudahkan guru menerapkan model pembelajaran apapun. Namun sebaliknya, guru harus pandai mencari model apa yang pas diterapkan pada siang hari di saat mood siswa mulai kendur.

Menggarisbawahi kondisi siswa pada siang hari,  di kala rasa lelah sudah menyapa, kantuk sudah menggelayut dan mood sudah kandas, maka menerapkan model pembelajaran yang interaktif akan menjadi solusi. Salah satu model pembelajaran yang dapat diaplikasikan adalah "The Readers and The Writer".  

Model pembelajaran ini sangat cocok untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris atau bahasa lainnya. Di samping itu, dapat juga dipakai untuk mata pelajaran lain yang menyajikan aneka teks.  Proses belajar menggunakan model ini dilakukan melalui sebuah permainan. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, bertiga dalam satu kelompoknya. Jangan lupa menamai setiap kelompoknya, misal: kelompok A, B dan seterusnya. 

Dua orang siswa bertugas menjadi pembaca (the readers) dan seorang siswa bertugas menjadi penulis (the writer). Tugas the readers adalah membaca teks yang sudah disiapkan di kursi, kemudian menyampaikannya kepada the writer. Ingat, the readers melakukan tugasnya secara bergantian. Sedangkan the writer mencatat kembali apa yang disampaikan the readers di atas kertas yang sudah diberi nama kelompok dan anggotanya.

Sementara itu, guru meletakkan beberapa teks pendek di atas kursi di depan kelas. Dibutuhkan sekitar empat kursi untuk menyimpan teks. Setiap kursi dinamai kursi 1, 2, 3 dan 4. Guru menentukan kelompok mana saja yang dapat menghampiri kursi 1, 2, 3 atau 4.

Usahakan membaginya secara merata. Kelompok yang mendapatkan nomor kursi yang sama berasal dari posisi jajaran yang sama pula. Untuk menghindari tubrukan di antara siswa, sebaiknya guru memposisikan kursi depan dengan jarak tidak terlalu berdekatan.

Permainan dapat dilakukan setelah pengkondisian kelas selesai, yaitu jika semua kelompok telah terbagi rata dan teks telah siap di atas kursi. Guru harus menegaskan bahwa permainan ini dilakukan secara jujur. The readers tidak boleh membawa alat tulis atau alat perekam gambar ke depan. Juga tidak ada pertukaran posisi di tengah-tengah permainan. 

The readers tidak boleh menjadi the writer. Pun begitu sebaliknya. Setelah siap, the first reader (pembaca pertama) berdiri di depan mejanya masing-masing. Sedangkan the second reader (pembaca kedua) menunggu di belakangnya. Guru mulai berhitung mundur, mulai dari 3. 

Setiap siswa yang bertugas sebagai the first reader berlari pada saat guru selesai menghitung dan menandainya dengan memukul meja. Mereka membaca isi teks di atas kursi dan mengingat semampunya. Kemudian berlari ke belakang, menyampaikan isi teks kepada the writer.

Jika selesai, the second writer menggantikan tugas the first writer. The second writer melakukan hal yang sama seperti the first writer. Begitu seterusnya sampai waktu yang disepakati habis. Ketika permainan berlangsung guru harus tetap mengamati setiap kelompok, jangan sampai ada yang berbuat curang.

Saat permainan usai, guru meminta semua kelompok mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pengecekan pun dilakukan, seberapa banyak mereka dapat menyampaikan isi teks dengan benar. Di sinilah peran guru harus tegas menentukan kriteria penulisan agar tidak ada kelompok yang dirugikan. 

Biasanya guru akan menegaskan bahwa salinan teks harus sama persis dengan yang tertera pada teks asli. Sehingga the reader akan berhati-hati dalam menyampaikan kata perkata kepada the writer.

Mencoba permainan ini akan membawa anak-anak didik kita ke dunia mereka yang seru. Mereka akan berlari-lari sambil melafalkan kata-kata yang dibaca. Ketika lupa mereka akan kembali lagi ke depan. Hal ini banyak terjadi terutama pada teks Bahasa Inggris. 

Apa yang mereka baca atau sampaikan kepada temannya seringkali tidak sesuai dengan pengucapan yang seharusnya. Tentu akan terjadi salah persepsi antara the readers dan the writer. Secara otomatis penulisan salah. Hal lainnya yang mungkin terjadi adalah the readers bertubrukan satu sama lainnya karena pikiran mereka hanya fokus pada teks. 

Bolak-balik ke depan membuat badan mereka berkeringat. Meskipun gerah dan capek namun pembelajaran terasa menyenangkan.  Mendengarkan ceramah para guru di akhir jam pelajaran akan membuat mata mereka lengket, tak berdaya. 

Namun dijamin tak akan ada siswa yang mengantuk di kelas saat melakukan permainan ini. Pembelajaran di kelas pun akan berakhir dengan tawa bahagia, saling bercerita tentang keseruan-keseruan yang mereka peroleh saat bermain. Berikan apresiasi pada hasil kerja mereka, misalnya karena kecepatan pengerjaan atau ketepatan hasil yang diperoleh. 

Tidak ada salahnya kita memberikan pujian atau reward berupa makanan kecil (misal: permen), mungkin juga bisa dengan tambahan nilai.

 Ada beberapa kelebihan dari penerapan model pembelajaran ini. Yang pertama, mengaplikasikan model ini sangat ampuh mengusir rasa kantuk siswa akibat terlalu bosan mendengarkan ceramah guru. Jadi model ini sangat tepat sekali untuk dijadikan selingan di saat gejala mood siswa mulai menurun. 

Kedua, melalui permainan ini siswa dilatih untuk jujur terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Ketiga, model ini juga melatih kerjasama yang kompak di antara sesama siswa. Kolaborasi yang pas akan memudahkan pekerjaan mereka. 

Selain itu, tekhnis mengingat isi teks mengarahkan siswa untuk belajar berkonsentrasi penuh, sehingga apa yang diingat tidak akan mudah menghilang. Tambahan pula, dalam mata pelajaran Bahasa Inggris jenis permainan ini menuntun siswa untuk melatih speaking  (berbicara) dengan pronunciation (pengucapan) yang benar. Dan yang pasti jenis permainan ini   membuat para siswa bahagia.

Selain kelebihan di atas, terdapat pula kekurangan pada model pembelajaran The Readers and The Writer ini. Yang tampak jelas terlihat adalah setelah berakhirnya permainan ini siswa akan merasa gerah dan kelelahan, terutama bagi mereka yang menjadi the readers. 

Sehingga model ini kurang cocok diterapkan pada jam pertama, karena akan mengganggu konsentrasi mereka pada jam pelajaran berikutnya. Jadi sebaiknya dilakukan pada jam terakhir saja. Di samping itu, kadang terjadi tubrukan diantara para readers ketika mereka terlalu fokus pada teks tapi kurang memperhatikan jalanan. 

Namun berdasarkan pengalaman beberapa kali menerapkan model ini tidak sampai terjadi adanya siswa sampai tersungkur atau terjatuh. Jadi masih terhitung dalam level aman untuk dilakukan. Kekurangan lainnya, guru membutuhkan waktu yang agak lama karena perlu ketelitian mengecek hasil kerja siswa satu persatu. 

Oleh karena itu, sebaiknya teks yang diberikan dibatasi maksimal dua paragrap pendek saja.  Untuk pemeriksaan dapat juga dibantu oleh siswa dengan cara barter jawaban. Akan tetapi untuk mata pelajaran Bahasa Inggris sistem barter ini agak sulit dilakukan jika kosa kata siswa terbatas. 

Kelemahan lainnya, kecurangan siswa kadang akan muncul. Biasanya diam-diam the reader membawa alat tulis ke depan dan mencatat beberapa kata yang diangggap sulit. Namun dengan kejelian guru kejadian ini dapat diatasi.

Tidak ada model yang sempurna, namun tidak ada salahnya kita sebagai seorang guru berani mencoba. Mengaplikasikasikan berbagai model pembelajaran menjadikan suasana kelas tidak membosankan. Yang jelas, sekali-kali kita coba bebaskan murid-murid dari HP dan biarkan mereka berbaur dengan sesamanya, kembali ke dunia seharusnya.  Siswa senang, guru pun bahagia. 

Maka jadikanlah kita guru yang dirindukan murid-murid dengan ide-ide brilian setiap harinya. Selamat mencoba!                                                                                                                                     

Dokpri
Dokpri
               

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun