Mohon tunggu...
Budiyanti
Budiyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang pensiunan guru di Kabupaten Semarang yang gemar menulis dan traveling. Menulis menjadikan hidup lebih bermakna.

Seorang pensiunan guru dan pegiat literasi di Kabupaten Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Selapanan yang Masih Melekat

26 Februari 2023   06:35 Diperbarui: 26 Februari 2023   06:50 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi Selapanan adalah tradisi yang dilakukan oleh keluarga yang baru saja mempunyai anak berumur selapan. Dalam hari Jawa mengenal hari pon, wage, kliwon, legi, pahing. Jika lahirnya Selasa Kliwon kemudian ada hari Selasa Kliwon lagi berarti usia anak itu sudah selapan. Kalau dihitung ada 35 hari.

Tradisi Selapanan ini masih melekat di desa-desa. Seperti yang kami alami beberapa waktu lalu. Cucu kami lahir pada hari Selasa Kliwon. Selapanan pun pada Selasa Kliwon juga pada bulan berikutnya.

Beberapa persiapan telah kami lakukan. Ada dua agenda saat Selapanan yaitu cukur rambut dan selamatan dengan membuat nasi gudangan atau nasi urap beserta lauk pauk.

Sehari sebelumnya saya sudah menghubungi Mbah Salbi yang nantinya membantu potong rambut bayi dan pijat ibunya.


Siangnya saya ke pasar untuk berbelanja segala perlengkapan untuk membuat nasi gudangan. Saya membeli aneka sayuran, kelapa muda dan telur, tempe dan ikan asin.Tak lupa saya beli dus

Selanjutnya malam saya mulai mempersiapkan dengan memotong sayuran dan membuat bumbu.  Pagi sekali  segera  memasak. Semua saya kerjakan sendiri pagi karena ada agenda lainnya.

Alhamdulillah pukul 07.00 masakan siap ditata lalu dibagikan kepada tetangga. Agenda lainnya untuk Selapanan adalah cukur rambut. Hal ini kami laksanakan pagi harinya.

Cucu pun dipijat terlebih dahulu. Selanjutnya  Dedek Zelin dicukur bersih. Syukurlah tidak rewel. Ia pun kini gundul.

Dokumen pribadi. 
Dokumen pribadi. 

Itulah tradisi yang masih melekat di desa kami. Masih banyak acara seperti ini dilakukan. Tujuannya sebagai bentuk syukur atas kesehatan dan keselamatan pada anak dan ibunya. Mari lestarikan budaya ini karena ini wujud orang bersyukur. Orang yang selalu bersyukur akan ditambah rejekinya. Aamiin

Ambarawa, 26 Februari 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun