Adapun syair "Gundul-gundul Pacul" adalah sebagai berikut :
Gundul-gundul pacul-cul gemblelenganÂ
Nyunggi-nyunggi wakul-kul gemblelenganÂ
Wakul glempang segane dadi saklatar
Gundul pacul bukanlah kepala yang tanpa rambut tetapi kepala yang empat mahkotanya (mata, telinga, hidung dan mulut) ucul atau lepas. Gundul pacul adalah seseorang yang tidak bisa menggunakan matanya untuk melihat kesulitan rakyat, tidak mau memanfaatkan telinganya untuk mendengarkan nasehat dari para cerdik cendikia nan bijaksana, tidak mampu menggunakan hidung untuk mencium wangi kebaikan dan tidak terbiasa menggunakan mulut untuk berkata jujur dan lembut. Namun demikian  proses pemilihan yang nir-etika dan jauh dari merit-system, menyebabkan si gundul pacul terpilih menjadi penyunggi wakul (pengelola sumber daya negara yang seharusnya dimanfaatkan sepenuhnya untuk kemakmuran seluruh rakyat Indonesia). Akhirnya mereka mengelola negara dengan gemblelengan atau tanpa kompetensi dan kebijaksanaan yang memadai  sehingga keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia menjadi berantakan.
Ketika korupsi semakin marak kemudian banjir bandang PHK menerjang dimana-mana, diikuti dengan proses penegakan hukum yang semakin jauh dari harapan publik, para mahasiswa berteriak Indonesia gelap dan kabur aja dulu. Beberapa pejabat tinggi merespon protes keras masyarakat sipil itu dengan menyatakan kau yang gelap dan pergi sana, ndak usah kembali ke Indonesia. Respon demikian hanya mungkin dikeluarkan oleh, mohon ma'af, pejabat tinggi berkualifikasi  gundul pacul.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI