Mohon tunggu...
Humaniora

Aa Gatot, Mario Teguh, dan Aib Kita!

14 September 2016   11:30 Diperbarui: 14 September 2016   18:25 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Luar biasa! Dalam tempo dua pekan terakhir, jagat berita tanah air dihebohkan dengan informasi yang demikian masif seputar penangkapan Aa Gatot Brajamusti. Persis di hari ulang tahunnya dan baru saja mereguk kebahagiaan usai terpilih sebagai Ketua PARFI untuk kali kedua, sosok kharismatik ini dicokok polisi karena kasus khas selebriti: narkoba!

Banyak kalangan meyakini lelaki ini sebagai spiritualis dan dianggap dapat menyembuhkan jiwa yang rapuh. Tak hanya itu, pemilik padepokan yang sering bersorban dan dipanggil berceramah itu dikabarkan memiliki banyak anak angkat yang disekolahkan gratis olehnya. Begitu banyak kebaikan yang dimilikinya, hingga tak sedikit donatur dari berbagai kalangan yang ikut menyumbangkan hartanya kepada beliau. Beberapa kalangan selebritas tanah air pun sempat merasakan ‘sentuhan’ Aa Gatot dan ada yang hingga kini belum bisa lepas dari kuatnya kharisma artis laga ini.

Namun dalam tempo sekejap, Tuhan menampilkan sisi lain Aa Gatot. Penangkapan di salah satu hotel di Mataram itu adalah bak pintu air yang jebol. Berturut-turut temuan polisi membelalakkan mata semua orang. Mulai dari ribuan pil dan paket sabu, koleksi satwa langka yang dilindungi, dugaan pencabulan terhadap anak di bawah umur, kepemilikan senjata api lengkap dengan magasinnya yang cukup sebagai modal ‘city war’, dan entah aib apalagi yang akan terungkap.

Rekan yang membanggakan!

Hampir dalam waktu bersamaan, motivator kesohor Mario Teguh juga sedang diterpa berita tak sedap. Bak petir di siang bolong, seorang lelaki berusia 30 tahun, mengabarkan kepada khalayak melalui tayangan televisi bahwa dia adalah anak kandung sang public figure yang disia-siakan. Selain menceritakan perilaku pemilik “The Golden Ways” ini terhadap dirinya, di hadapan host Deddy Corbuzier, dia juga minta pengakuan tulus dari Mario Teguh bahwa dirinya adalah darah dagingnya!

Sontak berita yang diakui oleh Mario sendiri sebagai aib itu membuat dirinya menjadi bulan-bulanan haters di media sosial. Meskipun tak sedikit yang membelanya, namun di sisi lain beberapa kalangan mulai meragukan kepribadian sang pencerah ini. Memang  benar apa yang diungkap adalah duka masa lalu yang setiap orang pasti punya. Tapi poinnya, sejauh manakah kejujuran pak Mario menjawab tabir ini?

Rekan yang menggairahkan! Betapa  dua contoh kecil ini menunjukkan dahsyatnya terpaan media (media exposure) kepada khalayaknya. Di sinilah diukur tingkat kecerdasan kita tatkala menerima pesan seperti ini. Apakah sekedar meneruskan berita ini kepada rekan lain karena kuatir dibilang ‘kudet’, atau bersikap masa bodoh karena toh kita tak kenal persis dengan tokoh dalam berita tersebut.

Sobat! Ada benang merah dan inspirasi berharga  yang bisa dipetik dari dua hal di atas. Betapa Tuhan sangat berkuasa untuk menutup atau membuka aib hamba-Nya. Sekuat apapun kita menyembunyikan sisi kelam kehidupan, kalau Tuhan ingin itu terbuka, maka akan segera terbongkar. Sebaliknya, sekuat apapun manusia menjerumuskan kita dengan membocorkan apa yang memalukan dari diri kita, jikalau Tuhan berkata tidak, yakinlah itu tak kan terjadi.

Kita yang demikian khusyu’ menyimak berita di atas, baik melalui infotainment maupun medsos sering kali tak puas kemudian menceritakannya lagi kepada sejawat kita plus ditambah sedikit bumbu penyedap. Sadarlah bahwa kita tanpa sadar sesungguhnya sedang memviralkan aib orang.

Siapa yang menjamin bahwa kita lebih mulia dari seorang Gatot Brajamusti? Siapa yang berani bilang bahwa kita lebih suci dari Reza Artamevia? Atau andakah orangnya yang melecehkan Mario Teguh yang menganggapnya sebagai seorang munafik?

Jujur saja, kita masih bisa berjalan tegak karena Tuhan masih berbaik hati menutup rapat-rapat aib kita. Terus terang saja, kita masih bisa bercengkerama bebas tak lebih karena orang hanya tahu diri kita apa yang mereka saksikan saat ini, tak lebih. Padahal, kita semua tahu bahwa diri ini membawa rahasia maha besar, yang apabila terbongkar, maka jangankan berjalan keluar, diam di kamar pun tak sanggup menanggung malunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun