Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Geriatric Millennial

Penulis komunitas. Gig worker. Juru ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Halusinasi AI Membuat Kita Tetap Perlu Mesin Pencari Konvensional

19 Agustus 2025   14:05 Diperbarui: 19 Agustus 2025   20:54 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AI yang terintegrasi di mesin pencari memudahkan kita dapat informasi tanpa harus klik tautan atau pergi ke website resmi yang menyediakan informasi itu. Praktis buat yang males ribet dan berlama-lama mencari sumber informasi valid. 

Namun, karena AI "mampu berpikir sendiri" mengikuti pola manusia yang menggunakannya, AI di mesin pencari tetap rentan mengalami halusinasi.

Mesin pencari seperti Google, Yandex, Bing, sampai DuckDuckGo menemukan, mengindeks, dan merangking konten di internet agar pengguna cepat mendapatkan jawaban dari query (pertanyaan). Sedangkan AI mempelajari pola, membuat prediksi, memahami bahasa, mengenali gambar dll, tanpa terbatas pada pencarian web semata.

Intinya, mesin pencari hanya memberi informasi apa yang ada di internet, sedangkan AI bisa memberi informasi dari olahannya sendiri mengikuti pola pikir manusia penggunanya.

Tabel perbandingan chat AI dengan mesin pencari konvensional olahan Yana Haudy dari pengalaman pribadi.
Tabel perbandingan chat AI dengan mesin pencari konvensional olahan Yana Haudy dari pengalaman pribadi.

Dengan begitu, mesin pencari konvensional tetap penting untuk memverifikasi fakta, menelusuri sumber primer, dan mendapatkan data terbaru. Sedangkan chat AI ideal untuk eksplorasi ide, rangkuman, atau menjawab pertanyaan konseptual, tapi hasilnya sangat disarankan diverifikasi dengan mesin pencari.

***

Sekilas, menggunakan AI sangat mudah. Kita tinggal mengetikkan prompt (perintah/instruksi) lalu AI akan membuat gambar, video, atau teks yang kita inginkan. Namun, makin sering digunakan ia bisa melenceng jauh dari tujuan yang kita harapkan darinya. Pun kita bisa sering menerima informasi yang tidak nyata. Batas antara realita nyata dan realita virtual jadi makin tipis.

Jadi jangan kuatir dianggap kuno hanya karena tidak pernah menggunakan beragam jenis kecerdasan buatan. Kadang jadi kuno itu perlu untuk membatasi asupan informasi yang kita terima. Menerima informasi hanya yang betul-betul diperlukan bisa menjaga hidup kita tetap bahagia.

Kalau mau mencari informasi yang menyertakan langsung ke sumber primer, lebih baik ketik di mesin pencari seperti Google atau Bing alih-alih tanya ke chat AI. Capek dan makan waktu sedikit tidak apa, yang penting hasil yang keluar bukan halusinasi AI.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun