Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyikapi ANBK Lewat Pandangan Ideal Orangtua dan Anaknya

20 Oktober 2022   11:54 Diperbarui: 20 Oktober 2022   18:52 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelaksanaan gladi bersih ANBK sesi 2 di SDN Muntilan Kab. Magelang | Dokumentasi pribadi

Maka peran besar orangtualah yang menentukan apakah si anak senang membaca atau tidak.

Orangtua dan ANBK

Anak yang tidak terbiasa membaca dan mengerjakan soal ANBK secara asal-asalan diperparah dengan pandangan orangtua yang menganggap kalau ANBK tidak berguna buat kelulusan dan nilai rapor. Jadinya ANBK cuma dianggap angin lalu.

Wajar terjadi pemikiran seperti itu apalagi dari orangtua yang tidak terdidik secara akademis dan pola pikirnya sempit. Orangtua yang seperti itu masih menganggap kalau pendidikan anak sepenuhnya di tangan guru karena merasa itu sudah tugas guru.

Idealnya dengan menyekolahkan anak ke sebuah sekolah, maka orangtua juga jadi bagian dari warga sekolah. Mereka, secara langsung, ikut memikul tanggung jawab memberi pemahaman bahwa walau ANBK tidak masuk ke nilai rapor, tapi berguna untuk melatih daya pikir dan nalar.

Anak juga punya kesempatan besar memahami materi pembelajaran lebih baik lewat latihan ANBK dibanding kesehariannya yang cuma belajar karena ada PR dan kalau mau ujian saja.

Anak yang jadi peserta didik pun bagian dari warga sekolah. Mereka tidak cuma menerima hak mendapat pengajaran, melainkan juga melakukan kewajiban mewakili sekolah dalam kegiatan akademik dan non-akademik, termasuk berpartisipasi dalam ANBK dan menyelesaikan soal dengan tuntas, tidak dengan asal-asalan.

Warga Sekolah

Mutu sekolah bisa ditingkatkan, tanpa bantuan pemerintah, bila semua warga sekolah berkolaborasi dan melakukan hak dan kewajibannya secara seimbang. 

Apalagi kompetensi guru sudah meningkat signifikan dengan adanya pelatihan profesional, termasuk adanya program guru penggerak. 

Orangtua juga perlu meningkatkan kompetensinya dengan selalu memberi semangat tiap anak kesulitan dengan mata pelajaran tertentu, menguatkan mentalnya kalau ada temannya yang badung, dan tidak enggan berkomunikasi dengan wali kelas anak. 

Guru jaman sekarang bakal senang hati menjawab apa pun pertanyaan orangtua. Malahan kita bisa follow-follow-an dengan guru di medsos tanpa merasa canggung bahwa yang kita follow adalah guru di sekolah anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun