Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pernikahan Selebritis di Frekuensi Publik yang Ternyata Sangat Disukai Publik

4 April 2021   13:55 Diperbarui: 5 April 2021   08:52 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: shutterstock via kompas.com

Sebelum menayangkan acara lamaran dan pernikahan Atta Halilintar dan Aurelie Hermansyah, RCTI juga pernah menayangkan secara live pernikahan Raffi Ahmad dan Nagita, Baim Wong dan Paula, serta Dude Herlino dan Alyssa Subandono. 

RCTI dan semua stasiun televisi swasta berbeda dengan TVRI yang merupakan Lembaga Penyiaran Publik.

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, dan PP Nomor 11 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik menyatakan bahwa:

Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum, didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

Jadi, selain TVRI, televisi lain yang merupakan Lembaga Penyiaran Swasta boleh menayangkan acara yang bersifat komersil meskipun acara itu tidak mengandung unsur edukasi.

Walau kita tidak suka, acara-acara yang berhubungan dengan pesohor memang disukai publik dan celah itu diambil oleh televisi swasta untuk menaikkan rating dan mendapat duit.

Kenapa menayangkan acara yang tidak mendidik seperti itu? Sangat disayangkan frekuensi publik dijajah oleh selebritis yang pernikahannya bahkan ga ngaruh ke kehidupan masyarakat Indonesia.

Siapa bilang ga ngaruh? Orang merasa terhibur menonton acara yang menurut kita tidak mendidik itu. Dengan merasa terhibur, akan hilang pula stres dan kepenatan hidup mereka.

Raffi Ahmad dan Nagita Slavina sampai sekarang masih disukai jutaan masyarakat sejak pernikahan mereka ditayangkan berhari-hari di RCTI. Terbukti dari digandengnya Raffi dan Nagita oleh Alfamart yang secara eksklusif jadi satu-satunya gerai yang memasarkan produk snack dan perawatan tubuh keluaran pasangan pesohor itu.

Sedangkan rating tinggi sangat diinginkan oleh televisi swasta untuk mendulang iklan. Iklan adalah sumber pendapatan utama televisi. Acara dengan rating tinggi berarti ada ratusan juta potensi iklan disana. 

Iklan jugalah yang membayar gaji para karyawan yang mencari nafkah di televisi swasta. Lihat Net TV, minim iklan karena jenis tayangannya tidak disukai masyarakat kelas bawah yang merupakan penonton terbesar televisi.

Publik kelas menengah ke bawah menyukai acara haha-hihi semacam variety show dan yang dramatis seperti sinetron dan hantu-hantuan.

Dengan demikian saya katakan bahwa Atta dan Aurel adalah dua pesohor yang punya nilai jual menggiurkan untuk mendongkrak rating dan menambang iklan.

Atta Halilintar adalah YouTuber yang punya 25,5 juta subscribers. Dengan subscriber sebanyak itu, pada 2020, Atta pernah mengklaim dirinya sebagai YouTuber dengan subscriber terbanyak se-Asia.

Sedangkan Aurel, jelas, selain sebagai penyanyi, dia adalah anak diva pop Krisdayanti dengan musikus Anang Hermansyah. Video musik Aurel yang berjudul Kepastian pada Juli 2020 lalu jadi trending nomor satu YouTube Indonesia tidak lama setelah rilis.

Jika acara lamaran dan pernikahan mereka ditayangkan di frekuensi publik, jelas menganggu kita yang tidak menyukai acara seperti itu, namun kita harus menerima jika acara itu disukai puluhan juta masyarakat Indonesia.

Memangnya apa sih frekuensi publik itu?

Benar, fekuensi publik adalah milik publik. Penggunaan frekuensi harus diperuntukkan bagi kepentingan publik bukan untuk golongan apalagi pribadi. Tayangan televisi swasta cenderung membodohi (sinetron, infotainment, horor, mistis) daripada mencerdaskan bangsa, dan tayangan yang demikian tidak sesuai dengan tujuan awal frekuensi publik diberikan kepada televisi swasta.

Namun sekali lagi, suka atau tidak, acara yang disukai mayoritas publik Indonesia adalah acara yang seperti itu. Acara "mencerdaskan" yang paling top hanyalah olahraga (sepak bola, bulutangkis, voli dll), sedangkan tayangan Belajar dari Rumah yang digagas Kemendikbud saja tidak ditonton.

Masyarakat menyukai acara-acara ringan yang ketika menontonnya mereka akan terhibur dan tertawa. Acara-acara yang membuat mereka cerdas tidak bakalan ditonton. Kenapa?

Karena buat mereka hidup itu sudah berat, mereka menonton televisi untuk mencari hiburan, bukan mikir.

Selain itu, tayangan pernikahan live Atta dan Aurel di RCTI telah diizinkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Frekuensi publik yang digunakan untuk menayangkan tipe acara yang paling disukai publik, apa berarti televisi yang menayangkannya membajak frekuensi publik dan melanggar UU Penyiaran?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun