Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sulitnya Mencari Pekerja Sawah Meski Tenaga Muda Tersedia

9 Oktober 2020   17:51 Diperbarui: 12 Oktober 2020   06:31 3888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kok sulit? Kan sudah ada mesin-mesin pertanian. Hand tractor, cultivator, mesin pembuat bedengan, mesin panen, sampai mesin power tracer. Tenaga mesin mestinya bisa menggantikan tenaga manusia, kan?! 

 Tidak juga. Tidak semua sawah dapat diolah menggunakan mesin. Ada sawah yang ketika dibajak dapat menggunakan hand tractor tapi ketika panen harus dipetik manual seperti saat panen sayuran dan buah. Saat panen padipun tidak semua sawah dapat dipanen menggunakan mesin, tergantung kondisi geografis sawah itu ada di perbukitan atau di dataran.

Karena itu tenaga manusia masih amat diperlukan dalam mengolah sawah, terutama di daerah perbukitan atau dataran tinggi yang tidak memungkinkan diolah serba mesin.

Selain itu, harga aneka mesin pertanian sangat mahal. Tidak mungkin petani membeli sendiri alat dan mesin itu karena pendapatan petani tidak bisa diprediksi. Kalau dipaksakan bakal lebih besar pasak daripada tiang. Lebih besar modal daripada pemasukan.

Alat dan mesin biasanya dimiliki oleh kelompok tani atas bantuan pemerintah. Kalau tidak punya kelompok tani, para petani biasanya menyewa dari orang yang punya mesin tersebut.

Selain menyewa, petani juga harus antre karena tidak semua orang bisa mengoperasikan mesin tersebut. Misal, untuk membajak sawah, petani harus bergantian menunggu operator mesin membajak dari satu sawah ke sawah yang lain.

Maka itu, karena tidak semua sawah bisa diolah menggunakan mesin, tenaga manusia tetap jadi penentu produktif atau tidaknya suatu lahan pertanian.

Di beberapa kecamatan di Kabupaten Magelang yang saya ketahui dari PPL (petugas penyuluh lapangan), semua pekerja sawah sudah berusia tua. Ini sangat benar.

Suami saya punya tiga pekerja sawah yang menggarap dua petak sawah. Tiga petak sawah yang lain terabaikan karena ketiadaan pekerja. 

Tiga orang pekerja ini sudah mbah-mbah, usianya 65-69 tahun. Jadi suami saya sering memberi jamu dan multivitamin supaya para mbah ini tidak mudah sakit. Sebenarnya tidak tega tapi kami butuh pekerja dan mbah-mbah ini juga butuh uang.

Tidak tertariknya pemuda turun ke sawah mungkin karena upahnya rendah dibanding jadi pekerja bangunan dan buruh pabrik. Buruh pabrik ada jaminan kesejahteraan lewat BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Pekerja bangunan pun dapat bayaran dengan sistem borongan sehingga uang ditangan lebih terasa banyaknya sampai jutaan sekali kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun