Mohon tunggu...
Yana Haudy
Yana Haudy Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ghostwriter

Istri petani. Tukang ketik di emperbaca.com. Best in Opinion Kompasiana Awards 2022.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Daoed Joesoef, Mendikbud Kontroversial Penyelamat Candi Borobudur

8 Agustus 2020   17:28 Diperbarui: 8 Agustus 2020   17:17 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daoed Joesoef semasa hidup. Foto: mediaindonesia.com/Panca Syurkani

Mendikbud era orde baru yang menjabat tahun 1978-1983 ini  mengubah tahun ajaran baru di Indonesia dari Januari ke Juli.

Beliau adalah Daoed Joesoef yang lahir hari ini di Medan pada 8 Agustus 1926 dan wafat di Jakarta pada 23 Januari 2018.

Anda yang bersekolah di tahun 1978 mungkin masih ingat bagaimana kelulusan Anda harus diundur sampai Juni 1979?

Mendikbud Daoed Joesoef (baca: Daud Yusuf--siapa tahu ada mahasiswa sekarang kesulitan membaca ejaan Daoed Joesoef) mengubah tahun ajaran baru melalui payung hukum UU No.0211/U/1978 yang mengatur tentang pengunduran tahun ajaran baru, yaitu memulainya pada Juli dan mengakhirinya di bulan Juni.

Pengunduran tahun ajaran baru itu tentu kontroversial karena dianggap menjadikan anak sekolah sebagai kelinci percobaan dan mengubah sistem pendidikan. Gubernur DKI Ali Sadikin dan Mendagri Prof Soenarjo termasuk yang waktu itu keras mengkritik.

Tapi Mendikbud Daoed Joesoef bergeming. Beliau beranggapan bahwa tahun ajaran baru di Januari menyulitkan, karena:

  • Kontras dengan akhir tutup buku anggaran sehingga sulit menyusun anggaran pendidikan jika tahun ajaran baru dimulai Januari.
  • Kebanyakan sekolah di luar negeri dimulai Juni. Mendikbud Daoed Joesoef ingin anak-anak Indonesia melanjutkan pendidikan ke luar negeri sehingga perlu mengubah tahun ajaran baru yang disesuaikan dengan tahun ajaran baru di luar negeri.
  • Desember adalah puncak curah musim hujan. Mendikbud ingin anak-anak menikmati masa liburannya di bulan Juni.

Ada benarnya Mendikbud Daoed karena Juni sudah masuk kemarau dimana angin biasanya lebih banyak dan anak-anak di kampung leluasa main layangan di sawah atau lapangan.

Bukan hanya mengubah tahun ajaran baru. Mendikbud Daoed juga menghapus liburan penuh saat bulan Ramadan. Beliau beralasan Ramadan adalah bulan penuh ibadah dan bersekolah juga ibadah sehingga tidak perlu libur sekolah selama puasa.

Masih kurang keras kontroversinya?
Beliau juga mengusulkan supaya pelajaran agama tidak lagi diajarkan di sekolah karena negara tidak perlu mencampuri soal keyakinan religius.

Mungkinkah dunia pendidikan pada masa itu penuh kegaduhan karena Mendikbudnya membuat kebijakan yang "nyeleneh"? Entah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun