Temani si remaja setiap kali dia sarapan, makan siang, dan makan malam.
Kita tidak perlu mengajaknya ngobrol, cukup temani dan makan bersama tanpa mengusiknya dengan percakapan apapun (kecuali mungkin basa-basi masakannya asin atau tidak). Biarkan dia yang bicara lebih dulu tanpa kita memaksanya menceritakan hal apapun. Bila dia hanya diam saja, tidak apa-apa, temani saja sampai dia selesai makan.
Pada fase ini remaja lebih senang mengobrol, bergaul dan berdekatan dengan teman-teman daripada bersama keluarganya. Ada perasaan risih dan malu jika semua hal yang dia lakukan harus selalu diketahui oleh orang tuanya.Â
Dengan menemaninya makan kita bisa membangun ikatan kembali dengannya yang sempat terputus ketika dia meninggalkan masa kanak-kanaknya menjadi remaja.Â
Sedikit apapun ikatan yang dimiliki remaja dengan orang tuanya akan sangat berguna karena dia merasa masih punya "sandaran" yang bisa diandalkan selain teman-temannya.Â
Ikatan yang sedikit itu akan membantunya melewati masa remaja yang penuh gejolak tanpa harus melanggar norma agama dan sosial.
Catatan kaki:
Teenlit, teenage literature. Genre novel yang menceritakan kehidupan remaja. Gaya bahasa disesuaikan dengan bahasa remaja zaman now, termasuk istilah slang, tapi keseluruhan novel tetap menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).