Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Digital Declutter": Cara Menjadi Minimalis Digital

9 Februari 2024   06:49 Diperbarui: 9 Februari 2024   06:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital yang berkembang pesat, masyarakat kontemporer menemukan diri mereka tenggelam dalam lautan teknologi yang tidak hanya menghubungkan tetapi juga seringkali mengganggu. 

Dengan smartphone yang selalu di tangan dan notifikasi yang tak henti-hentinya, banyak orang mulai merasakan dampak negatif dari kehidupan digital yang berlebihan---dari gangguan perhatian hingga penurunan interaksi sosial yang nyata. Dalam konteks inilah konsep "Digital Declutter" yang diusulkan oleh Cal Newport menjadi sangat relevan, menawarkan strategi komprehensif untuk merebut kembali kontrol atas kehidupan digital kita dan memastikan teknologi melayani kita, bukan sebaliknya.

Digital Declutter merupakan proses intensif yang dirancang untuk memfasilitasi transisi cepat menuju minimalisme digital, yang berarti menggunakan teknologi dengan cara yang lebih sadar dan selektif, berfokus pada apa yang benar-benar memberi nilai pada kehidupan kita. 

Proses ini melibatkan tiga langkah utama: pertama, mendefinisikan aturan teknologi; kedua, mengambil cuti tiga puluh hari dari teknologi opsional; dan ketiga, secara selektif memperkenalkan kembali teknologi ke dalam kehidupan kita dengan kriteria yang ketat.

Langkah pertama, mendefinisikan aturan teknologi, membutuhkan kita untuk mengevaluasi teknologi mana dalam hidup kita yang benar-benar esensial dan mana yang dapat kita tinggalkan untuk sementara waktu. Ini memungkinkan pemisahan antara teknologi yang mendukung kegiatan profesional dan pribadi kita dari yang hanya menyediakan hiburan atau gangguan. 

Dengan membatasi penggunaan teknologi yang tidak penting, kita membuka ruang untuk introspeksi dan menemukan kembali aktivitas yang memberikan kepuasan yang lebih mendalam.

Langkah kedua, cuti tiga puluh hari, adalah inti dari proses decluttering. Selama periode ini, individu diharapkan untuk sengaja menghindari teknologi opsional yang telah mereka identifikasi dan, yang lebih penting, mengeksplorasi dan berpartisipasi dalam aktivitas yang memperkaya kehidupan mereka di luar dunia digital. 

Ini bukan hanya tentang detoksifikasi teknologi, tetapi tentang menemukan kembali kesenangan dalam aktivitas yang tidak dimediasi oleh layar, dari membaca buku hingga menghabiskan waktu berkualitas dengan keluarga dan teman.

Langkah ketiga, reintroduksi selektif teknologi, mungkin merupakan langkah yang paling menantang namun paling kritis. Setelah periode cuti, individu dihadapkan dengan tugas untuk memutuskan teknologi mana yang akan kembali ke kehidupan mereka.

Keputusan ini harus didasarkan pada evaluasi yang cermat tentang apakah teknologi tersebut mendukung nilai-nilai yang mereka anggap penting dan apakah itu merupakan cara terbaik untuk melayani nilai-nilai tersebut. Ini membutuhkan disiplin untuk tidak kembali ke kebiasaan lama dan ketekunan untuk mempertahankan pendekatan yang lebih sadar dan terfokus terhadap teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun