Duduk Rehat Sambil Memandang Langit Gelap
Dulu saat aku remaja, sering melihat bapak ku minum kopi sendirian digelapnya malam diteras rumah. Tanpa mau diganggu, tanpa mau ditemani, entah ritual apa yang tengah dijalani bapak ku. Tapi itu, sudah menjadi rutinitas harianya, selepas sholat isya sepulang dari kerjanya sebagai pedagang kecil-kecilan. Selang beberapa lama kemudian, bapak ku masuk rumah terus tidur.
Dan kebiasaan bapak ku pun, kini menular kepada ku. Dan ternyata enak juga, memandang lagit sambil bekeluh kesah dengan tuhan melalui hati ku. Usai disibukan dengan segala rutinitas usaha, untuk memenuhi segala kebutuhan ekonomi keluarga ku. Jujur sebagai kepala rumah tangga, aku sendiri merasakan kelelahan yang teramat sangat, baik raga ku maupun jiwa ku. Sekarang aku bisa memahami arti dari bapaku yang suka duduk sendirian sambil ngopi.Â
Dimana saat bapak ku mulai mudah tersinggung, menjadi tidak sabaran terus mudah marah tanpa sebab. Bapak ku langsung duduk sendirian untuk menghilangkan rasa lelah di dalam jiwanya.
Begitu pula dengan keadaan ku saat ini, yang tengah tidak termotivasi untuk melakukan sesuatu hal, termasuk hobi memancingku. Karena terlalu gelisah atau ketakutan akan banyak tuntuntan kebutuhan terutama masa depan anak-anak ku.Â
Aku pun melakukan hal yang sama seperti bapak ku lakukan.Yang mana, aku memilih untuk duduk seorang diri ditemani secangkir kopi, sambil memandangi gelapnya langit dimalam hari, yang tanpa cahaya bulan secuil pun.Â
Guna meluapkan segala rasa ingin menangis ku, yang selalu datang secara tiba-tiba. Karena mulai merasa terasing dengan dilingkungan sekitar dan merasa selalu sendirian di tengah keramaian orang. Serta lebih suka membayangkan kehidupan bertabur materi.
Dan duduk seorang diri, istirahat dari rutinitas melelahkan ku, ternyata bisa mengistirahatkan jiwa ku yang tengah gundah gulana.Â
Nikmat juga rasanya, bisa bercengkrama dengan tuhan melalui hati, untuk menumpahkan segala keluh kesah dan rasa Lelah ku kepadanya. Karena hanya tuhan saja yang sanggup mendengarkan kita, sebagai manusia, sebagai seorang bapak serta sebagai kepala rumah tangga.
Salam Markidang