Transaksi yang janggal akan langsung terdeteksi. Ia juga menggandeng PPATK agar aliran dana desa tidak bisa diselewengkan. "Kami tidak mau dana desa jadi bancakan," katanya dalam satu wawancara yang dikutip Kompas.
Publik pun menangkap kerja itu. Survei The Republic Institute pada Februari 2025 mencatat tingkat kepuasan terhadap Yandri sebesar 75,5 persen. Bahkan untuk aspek pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan, nilainya mencapai 77,9 persen.
Ini bukan pencitraan, ini efek dari perubahan nyata di lapangan. Masyarakat melihat perbedaan antara menteri yang sibuk pidato dengan menteri yang sibuk mengawasi laporan keuangan desa.
Namun yang paling menarik dari tahun pertama Yandri adalah obsesinya pada data. Ia sadar, pembangunan tanpa data hanya akan jadi slogan. Karena itu ia meluncurkan pendataan Indeks Desa 2025 berbasis real time data system.
Hingga Mei 2025, sebanyak 28.894 desa sudah menginput data, angka yang belum pernah dicapai sebelumnya. Dengan data ini, pemerintah bisa memetakan desa sangat tertinggal, berkembang, atau mandiri dengan presisi.
Hasil awalnya cukup menggembirakan: desa mandiri naik dari 4,1 persen pada 2024 menjadi 4,8 persen pada 2025. Di Sumbawa, misalnya, jumlah desa mandiri naik dari 65 menjadi 71 desa. Artinya, ada pergeseran kecil tapi nyata dari ketergantungan menuju kemandirian.
Yandri menyebut ini sebagai desa bergerak dari pinggiran ke pusat. Desa tak lagi objek, tapi subjek pembangunan. Ia mendorong agar desa menjadi pusat ekonomi lokal, pusat inovasi, bahkan pusat pangan.
Konsep Desa Daulat Pangan 2030 yang ia gagas bukan sekadar visi jangka panjang, melainkan kerangka pikir baru bahwa desa harus berdaulat atas air, tanah, dan sumber dayanya sendiri.
Ada orang yang sinis mengatakan semua ini terlalu administratif, hanya urusan laporan dan sistem. Tapi sesungguhnya, justru di situlah letak revolusinya.
Selama ini, desa miskin bukan karena kurang uang, tapi karena uangnya tidak tercatat dengan benar. Yandri membalik logika itu: benahi data, maka pembangunan akan mengikuti. Bukan sebaliknya.