Mohon tunggu...
Yahya Abdul
Yahya Abdul Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 21107030042

Aku Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Museum Benteng Vredeburg: Nostalgia Sejarah di Tengah Kota Yogyakarta

9 April 2022   08:00 Diperbarui: 9 April 2022   08:02 1834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu masuk Museum Benteng Vredeburg (DOKPRI)

Saat ini, Indonesia memiliki banyak sekali monumen bersejarah di setiap sudut kotanya. Banyaknya monumen bersejarah tersebut menjadi saksi bisu atas peristiwa-peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di negeri kita tercinta ini. Tak hanya menjadi saksi bisu, bangunan atau monumen-monumen tersebut dirubah menjadi tempat wisata edukasi yang sangat ikonis di setiap kotanya. Seperti Kota Yogyakarta yang memiliki julukan kota pelajar terdapat benteng yang paling terkenal dan menjadi tempat wisata yang ikonis dan mengedukasi, yaitu Museum Benteng Vredeburg.

Museum Benteng Vredeburg teletak di Jalan Margo Mulyo, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Jika melintasi Jalan Malioboro, disepanjang jalan tersebut hingga berakhir di titik nol kilometer Yogyakarta, kalian dapat menemukan museum tersebut diujung Jalan Malioboro, titik nol kilomenter atau di seberang Istana Negara. Dengan dominasi warna putih pada bangunannya, suasana yang masih terlihat seperti zaman kolonial, serta terdapat alat-alat perang seperti meriam, seragam tentara, dan alat-alat lainnya yang dipajang di dalamnya membuat Museum Benteng Vredeburg menjadi warisan sejarah yang ada di Yogyakarta.

Sejarah Museum Benteng Vredeburg tak lepas dari lahirnya Kasultanan Yogyakarta di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Benteng Vredeburg pertama kali dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1760 atas permintaan Kolonial Belanda oleh Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa, Nicolaas Harting. Saat itu bangunan tersebut masih sangat sederhana hingga pada tahun 1767, gubernur pantai Utara Jawa meminta kepada Sri Sultan agar diperkuat kembali untuk menjamin keamanan kolonial Belanda. Berkat izin Sri Sultan Hamengku Buwono I, pembangunan selesai pada tahun 1787 dibawah kepemimpinan Gubernur Johannes Sioeberg sebagai benteng kompeni dengan diberi nama Rustenburgh yang memiliki arti "tempat istirahat". Kemudian pada tahun 1867 terjadi gempa dasyat yang menyebabkan Benteng Rustenburgh mengalami kerusakan pada sebagian benteng. Setelah adanya perbaikan oleh Daendels, nama benteng dirubah menjadi Vredeburg yang memiliki arti "perdamaian". Seiring waktu berjalan, Benteng Vredeburg telah merekam banyak peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di tanah Yogyakarta.

Saat ini bangunan-bangunan benteng tersebut masih terlihat kokoh dan bersih, sudah sewajarnya, bangunan yang selalu dirawat dan sudah beberapa kali dipugar, namun masih mengikuti bentuk aslinya. Pada 23 November 1992, Museum Benteng Vredeburg diresmikan berdasarkan SK Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan No. 0475/0/1992. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional yang menempati tanah seluas 46.574 m persegi.

Hari Sabtu lalu, tepatnya pada tanggal 2 April 2022, Kami berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg. Kawasan museum tidak terlihat ramai ketika kami berkunjung saat itu, mungkin karena bertepatan dengan awal puasa Ramadhan, jadi tidak terlihat ramai seperti hari-hari biasanya.

Sebelum memasuki kawasan wisata Museum Benteng Vredeburg, Kami di screening terlebih dahulu, agar dapat dipantau kesehatanya. Setelah itu kita dapat membeli tiket pada loket yang tersedia. Museum ini buka dari Selasa -- Kamis pukul 07.30 -- 16.00 dan Jumat -- Minggu pukul 07.30 -- 16.30. Untuk harga tiket, kita hanya perlu mengeluarkan Rp3.000 rupiah saja. Murah bukan? Hanya dengan nominal tersebut kita dapat berkeliling di kawasan museum, menyusuri bangunan demi bangunan, dari diorama, taman, hingga fasilitas lainnya.

Diorama bekas tempat tinggal perwira Belanda (DOKPRI)
Diorama bekas tempat tinggal perwira Belanda (DOKPRI)

Ketika Kami memasuki Museum, terlihat pemandangan yang tampak seperti komplek Perumahan Tentara Belanda. Memang dari segi arsitektur sendiri, Benteng Vredeburg sudah persis seperti perumahan jika dilihat dari jendela dan pintunya. Kemudian terdapat pula diorama satu dan dua di sisi kanan dan kirinya. Yang dahulunya bangunan yang sekarang menjadi diorama tersebut adalah bekas tempat tinggal para perwira Belanda. Setelah diorama kedua terdapat diorama tiga yang bangunannya bekas tempat tinggal perwira pula.

Terdapat 4 macam diorama di Museum Benteng Vredeburg. Diorama pertama terdiri dari 11 minirama yang mengisahkan gambaran peristiwa sejak periode Pangeran Diponegoro sampai masa kependudukan Jepang di Yogyakarta. Diorama kedua yang terdiri dari 19 minirama yang mengisahkan gambaran peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sampai Agresi Militer Belanda di Yogyakarta. Diorama ketiga yang terdiri dari 18 minirama mengisahkan gambaran peristiwa Perjanjian Renville sampai pengakuan kedaulatan RIS (Republik Indonesia Serikat). Dan terakhir diorama keempat yang terdiri dari 7 minirama mengisahkan gambaran peristiwa periode NKRI sampai masa Orde Baru.

Tidak hanya minirama saja yang melengkapi dioramanya, namun terdapat fasilitas penunjang lainnya agar tidak bosan mempelajari peristiwa sejarah Indonesia. Seperti koleksi reali (asli) berupa peralatan rumah tangga, senjata, naskah, replika, pakaian, serta barang visualisasi lainnya yang menarik. Terdapat pula fasilitas atau sarana media interaktif berupa layar sentuh yang dipajang di sekitar koleksi dioramanya. Melalui media interaktif, kita bisa mengetahui isi peristiwa sejarah secara lengkap dan detail. Tak kalah menarik, terdapat juga ruangan pemutaran atau studio mini dengan kapasitas 50 orang yang menayangkan film dokumenter serta film perjuangan yang bisa kita saksikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun