Mohon tunggu...
Edison Hulu
Edison Hulu Mohon Tunggu... Dosen - Ekonomi dan Keuangan

Dosen, Peneliti, dan Pelaku Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Cara Gampang Melihat Kerapuhan Sistem Keuangan Indonesia

24 Agustus 2016   21:08 Diperbarui: 25 Agustus 2016   09:37 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilutrasi Gambar: www.taycor.com

Sistem keuangan beperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi sebuah negara.  Semakin efisien sistem keuangan sebuah negara, maka semakin mantap peran sistem keuangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Gampang memantau sistem keuangan yang rapuh melalui beberapa indikator yang akan dipaparkan dalam uraian singkat berikut ini.

Pertama, fondasi dasar sistem keuangan adalah efisiensi.   Tingkat efisiensi sistem keuangan dapat dilihat dari balas jasa akitivitas lembaga perantara keuangan (baik bank maupun nonbank, termasuk kegiatan pasar modal) sebagai pihak yang melakukan kegiatan jasa agar terjadi hubungan kegiatan ekonomi antara pihak yang menabung dan pihak yang menggunakan dana.  Dalam konteks  adalah tingkat efisiensi sebagai penyalur dana.  Semakin rendah biaya jasa perantara keuangan semakin efisien sistem keuangan negara bersangkutan.  Kondisi jasa keuangan di Indonesia saat ini (bank dan nonbank) tergolong biaya tinggi. 

Biaya transaksi di pasar modal di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura, Malaysia dam Thailand, apalagi bila dibandingkan dengan India.  Suku bunga di Indonesia adalah yang tertinggi di ASEAN, dan termasuk yang tertinggi di dunia dilihat dari spread suku bunga, yaitu perbedaan antara suku bunga kredit dan suku bunga tabungan, tingkat perbedaan lebih tinggi dari laju inflasi.  Mengapa hal ini terjadi, karena belum fokus dalam visi dan misi OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan Bank Indonesia untuk mewujudkan sektor keuangan Indonesia yang efisien. Semoga ke depan hal ini diperhatikan.

Kedua, tingkat likuiditas yang masih rapuh.  Beberapa indikator kerapuhan likuiditas, antara lain, (a) sulit menjual instrumen keuangan  pada harga yang wajar, atau sulit melakukan transaksi instrumen keuangan dalam jumlah besar karena kurang likuiditasnya pasar, baik pada instrumen saham dan obligasi, serta pada kebutuhan dana untuk proyek.  Di samping itu, masih terdapat transaksi perdagangan (barang dan jasa) yang kurang lancar dalam hal pembayaran (gagal bayar tepat waktu) karena kurang likuiditas perbankan. Kekurangan likuditas tidak semata-mata karena tabungan masyarakat yang masih rendah, tetapi karena pembangunan sektor keuangan masih belum fokus pada pembangunan  reputasi sehingga sulit mewujudkan kredibilitas, khususnya  bagi pemodal asing, sekalipun relatif tinggi suku bunga atau imbalan hasil pada instrumen investasi di Indonesia.  Diharapkan ke depan, OJK dan  Bank Indonesia lebih fokus pada pembangunan reputasi.

Ketiga, masih lemah dalam pemantauan risiko secara terintegrasi. Di tengah-tengah masyarakat, masih ada ditemukan instrumen investasi yang liar atau tanpa izin dari OJK atau lembaga yang berwewenang memberi izin sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.  Termasuk ditemukan uang palsu dalam jumlah yang cukup lumayan besarnya.  Ke depan, aspek pemantauan risiko keuangan perlu dimantapkan agar terhindar dari risiko kerugian bagi rakyat banyak secara keseluruhan.

Keempat, belum berfungsinya sistem keuangan dalam mengalokasikan dana secara optimal untuk mencapi tujuan nasional, tetapi cenderung lebih dominan ditentukan oleh mekanisme pasar.  Banyak masalah nasional yang perlu dituntaskan, seperti masalah pengangguran, masalah defisit neraca pembayaran, dan masalah rendahnya pertumbuhan ekonomi,  dalam sistem keuangan kelihatannya alpa sebagai pengalokasi dana agar masalah tersebut tertuntaskan.  Ke depan, disarankan agar sistem keuangan melaksanakan fungsi alokasi dana agar ikutserta menyelesaikan masalah nasional dan bukan hanya mencapai tujuan laba yang optimal bagi pelaku pasar pada sektor jasa keuangan semata.

Kelima,  lemah dalam menggunakan instrumen keuangan sebagai instrumen kebijakan ekonomi.  OJK dan Bank Indonesia ibarat singa tak bergigi.  Peralatan instrumen keuangan yang dimiliki seperti alat tumpul, karena OJK dan Bank Indonesia cenderung hanya sebagai lembaga kauangan yang berorientasi pada laba, pada hal fungsi lembaga ini sangat strategis, seperti di Amerika Serikat.  Kebijakan suku bunga Bank Indonesia, banyak yang menilai bahwa kurang bermanfaat banyak sebagai kebijakan penstabilan ekonomi, atau kebijakan yang menunjang pertumbuhan ekonomi.

Lima indikator yang telah diuraian adalah dampak yang dapat dilihat dari informasi pasar yang diberitakan di berbagai media.  Dengan demikian, bagi rakyat Indonesia akan gampang melihat apakah sektor keuangan Indonesia memiliki fondasi yang kuat atau fondasi yang lemah dengan memantau lima indikator tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun