Mohon tunggu...
Edison Hulu
Edison Hulu Mohon Tunggu... Dosen - Ekonomi dan Keuangan

Dosen, Peneliti, dan Pelaku Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Anomali Rupiah Indikasi Buruk!

28 September 2016   09:23 Diperbarui: 28 September 2016   10:12 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mata uang negara cenderung semakin menguat minimal ada tiga kondisi terpenuhi. Pertama, cenderung semakin besar surplus transaksi berjalan (current account), artinya, cenderung semakin besar kelebihan nilai transaksi ekspor dibandingkan dengan nilai transaksi impor atas barang dan jasa. Kedua, cenderung semakin tinggi angka pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari, (a) berada pada tingkat pendayagunaan penuh (full employment) semua kapasitas produksi yang ada dalam negeri, biasanya ditandai dengan tidak ada pengangguran,

(b) meningkat nilai investasi baru (new investment), bukan investasi ganti (replacement investment), dan (c) menurun biaya modal (lower cost of capital), dan (d) harga stabil.  Ketiga, ekonomi berada dalam kondisi keseimbangan dalam tiga dimensi ekonomi secara serentak, yaitu, (1) seimbang investasi dan tabungan, (2) seimbang pendapatan dan pengeluaran pemerintah, dan (3) seimbang neraca pembayaran, yakni, mencakup transaksi berjalan (ekspor dan impor barang dan jasa), serta lalu lintas modal. 

Negara Tiongkok adalah salah satu negara yang memenuhi tiga kondisi tersebut, sehingga nilai tukar yuan terhadap mata uang asing cenderung menguat, bila tanpa intervensi, atau bila dibiarkan melalui mekanisme pasar.  Tetapi, pemerintah Tiongkok tidak membiarkan kondisi Yuan yang semakin menguat, karena akan cenderung berdampak negatif pada "ekspor" yang merupakan "key success" faktor bagi pertumbuhan ekonomi negara tersebut secara keseluruhan. OLeh karena itu, nilai tukar Yuan sering diintervensi agar selalu berada dalam kondisi "stabil", dan juga negara  Tiongkok adalah negara pemilik devisa terbesar di planet bumi ini.

Kondisi saat ini, untuk kasus Indonesia, adalah penguatan rupiah dipandang sebagai sesuatu yang "anomali", karena kondisi perekonomian Indonesia saat ini tidak memenuhi tiga kondisi penguatan mata uang yang berlaku di beberapa negara.  Gubernur Bank Indonesia, seperti yang diberitakan di media,  bahwa, Indonesia cenderung semakin besar defisit (bukan surplus) transaksi berjalan, saat ini diperkirakan biasa mencapai sekitar 2,4 persen dalam PDB (Produk Domestik Bruto). Menteri Keuangan menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam APBN diasumsikan 5,2 persen untuk tahun 2017, kelihatannya yang bisa dicapai sekitar 5,1 persen, intinya, yang bisa tercapai adalah di bawah target.

Kemudian, Menteri Keuangan juga menegaskan bahwa kondisi ekonomi tahun 2017 cenderung semakin sulit, bukan semakin cerah.  Tidak ada tanda-tanda akan menurun suku bunga kredit.  Tidak ada tanda-tanda bahwa semakin besar peluang kesempatan kerja sebagai dampak dari peningkatan nilai investasi baru.  Harga barang cenderung tidak stabil, sebagian cenderung semakin mahal, khususnya bahan makanan, dan permintaan terhadap barang non-makanan cendrung semakin turun. Konklusi sederhana dari pernyataan dua "economic leader" tersebut adalah kondisi ekonomi Indonesia tidak memenuhi tiga kondisi yang berbuah "menguat mata uang rupiah".

Kalau seandainya, penguatan rupiah adalah karena dampak dari "pengampunan pajak",  maka kebijakan pengampunan pajak dipandang kurang berhasil, karena mempengaruhi kektidakstabilan kondisi ekonomi secara keseluruhan. Seyogianya, pemerintah Indonesia mengantisipasi agar nilai tukar selalu berada dalam kondisi "stabil" dalam jangka panjang, dan kondisi seperti ini sulit terpenuhi.  Ketidakmampuan mengendalikan nilai tukar agar selalu berada dalam kondisi "stabil", sinyal "anomali" saat ini, merupakan indikasi buruk bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun