Mohon tunggu...
Aditya Anggara
Aditya Anggara Mohon Tunggu... Akuntan - Belajar lewat menulis...

Bio

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kroasia Menjemput Rindu, Inggris Melepas Angan

12 Juli 2018   17:41 Diperbarui: 12 Juli 2018   17:53 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kroasia Kalahkan Inggris, sumber sport.detik.com

Setelah melalui babak perpanjangan waktu yang melelahkan, Kroasia akhirnya berhasil mengenyahkan Inggris demi sebuah rindu yang sudah lama terpendam dalam sanubari mereka...

Dua puluh tahun yang lalu Kroasia tersingkir secara menyakitkan pada babak semi final Piala Dunia 1998 dari tuan rumah yang kemudian menjadi juara, Prancis.

Namun kemudian Kroasia berhasil bangkit kembali degan mengalahkan Belanda untuk merengkuh kampiun nomer tiga...

Dua puluh tahun lalu kampiun nomer tiga sudah didapat. Lalu kemudian Vatreni (julukan timnas Kroasia) merindukan kampiun nomer satu!

Rindu yang tertahan selama dua puluh tahun itu kemudian berbuah manis ketika Mario Mandzukic berhasil merobek ketangguhan gawang Jordan Pickford di menit 109 perpanjangan waktu, dikala raga para pemain Kroasia sudah sangat melemah... Kroasia pun akhirnya melangkah ke final untuk bersua dengan "mimpi buruk dua puluh tahun silam..."

Adakah rindu yang melebihi rindu untuk menuntaskan sebuah dendam lama..?

Perjuangan itu sangat berat teman... Vatreni adalah tim pertama di Piala Dunia 2018 yanglolos ke babak berikutnya setelah melalui tiga pertandingan yang melewati perpanjangan waktu!

Vatreni juga adalah tim pertama di Piala Dunia 2018 yang selalu terhindar dari kekalahan setelah tertinggal lebih dahulu dalam tiga laga di fase knock-out!

Statistik diatas menunjukkan betapa beratnya perjuangan Kroasia untuk menuntaskan rindu yang tertahan selama dua puluh tahun tersebut.

Kini setelah melangkah ke babak final, pertanyaan besar kemudian terngiang di telinga. Mampu kah Kroasia untuk memperpanjang rekor statistik mereka diatas tadi?

Dalam tiga fase knock-out (melawan Denmark, Rusia dan Inggris) Kroasia selalu tertinggal lebih dahulu untuk kemudian comeback memenangkan pertandingan. Kroasia dalam fase gugur Piala Dunia 2018 ini adalah tim yang "terlambat panas," dimana mereka selalu mencetak gol kemenangan setelah sebelumnya tertinggal terlebih dahulu oleh gol lawan..

Dalam babak final nanti, Prancis yang "sangat teknikal" itu pasti akan berusaha untuk mencari gol cepat terlebih dahulu, baru kemudian berjuang untuk "mengamankan" hasil. Skenario ini mirip dengan pertandingan Prancis-Belgia pada babak semi-final sebelumnya.

Mungkin kah Kroasia berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang berhasil menang setelah tertinggal lebih dahulu dalam empat laga knock-out yang dijalaninya?

Waktu kelak yang akan menjawabnya. Akankah rindu itu kelak berbuah manis atau menuai nestapa...

***

Adakah yang lebih Inggris daripada sepakbola Inggris?

Menurut orang Inggris sepakbola itu berasal dari Inggris. Itulah sebabnya para "bloody naive" itu mengangankan untuk membawa sepakbola yang kini singgah di Rusia itu untuk dibawa pulang kembali ke tanah Inggris. Mereka menyebutnya Football's Coming Home...

Namun kenyataannya, angan tinggal angan... Football's far away from home. Atau pesepak bola Inggris coming home without football karena trofinya sedang diperebutkan oleh Prancis dan Kroasia dalam sebuah pertandingan final bertajuk, "menjemput sebuah rindu..."

Adakah yang lebih "nyesek" daripada menonton English gentlemen bermain sepakbola?

Inggris selalu memulai pertandingan dengan meyakinkan untuk kemudian berakhir dengan kengerian! Penggemar yang menonton pertandingan-pertandingan Inggris pasti jantungnya empot-empotan sebelum wasit meniup peluit berakhirnya pertandingan.

Ketika melawan Tunisia dalam partai perdana grup, Inggris awalnya terlihat akan menghabisi Tunisia dengan banyak gol. Tunisia terlihat pasrah bak "seorang nenek yang dibegal kawanan bandit di lorong gelap nan sempit ..."

Berjalannya waktu, ternyata "nenek tadi melawan. Kawanan bandit digebuk dengan payungnya!" Untunglah pertandingan sepakbola berjalan dengan format 2X45 menit bukan 3X45 menit. Kalau tidak, maka balik Tunisia yang akan mengguyuri Inggris dengan beberapa gol lagi...

Dalam babak knock-out pertama kala bersua Kolombia, Inggris awalnya bermain dominan. Tetapi pemain Inggris lupa kalau permainan sepakbola itu berlangsung 2X45 menit. Di saat akhir pemain Inggris lengah, lalu Kolombia menyamakan kedudukan.

Dalam adu penalti, sekali lagi Inggris dipeluk oleh dewi fortuna. Inggris yang sering kalah adu penalti justru memenangkan pertandingan itu. Inggris kegirangan, Kolombia meradang!

Menghadapi Swedia di babak berikutnya, Inggris langsung menghajar Swedia yang bermain sungkan dengan dua biji gol. Namun kemudian Inggris tertekan oleh gelombang serangan Swedia yang kini bermain lepas. Pickford kemudian harus jatuh bangun untuk mengamankan gawangnya agar tidak kebobolan. Sekali lagi gawang Inggris dipeluk oleh dewi fortuna.

Artinya pada Piala Dunia 2018 ini, Inggris selalu terhindar dari kekalahan setelah unggul lebih dahulu dalam tiga laga kontra Tunisia, Kolombia dan Swedia di fase grup maupun fase gugur.

Kondisi ini mirip (serupa tapi tidak sama) dengan Kroasia. Kroasia tiga kali tertinggal untuk kemudian berhasil merebut kemenangan. Inggris tiga kali unggul, untuk kemudian berhasil mempertahankan kemenangan itu dari rebutan lawan!

Namun pada laga semi-final kemarin Inggris gagal menambah statistik kemenangan itu menjadi empat kali. Rupanya dewi fortuna ini mirip dengan jin dalam botol, yang hanya mau memenuhi permintaan untuk tiga kali saja. Itulah yang dilupakan oleh Gareth Southgate. Angan dan dewi fortuna tidak akan pernah cukup untuk membuat Football's Coming Home to England....

***

Kini tugas berat ada dipundak Zlatko Dalic, bagaimana meramu strategi yang tepat untuk pertandingan final nanti. Secara fisik dan mental, jelas tim Kroasia dibawah Prancis yang lebih segar. Tiga kali pertandingan di fase gugur dilewati Kroasia dengan perpanjangan waktu dengan dua diantaranya harus dilewati dengan babak adu penalti.

Secara teknis juga Prancis jelas diatas Kroasia. Dewi fortuna juga tampaknya tidak akan berpihak lagi kepada Vatreni... Pertandingan final nanti akan mirip dengan pertarungan David melawan Goliath. Apakah yang akan dilakukan Dalic?

Dalic harus kembali lagi kepada rindu yang terpendam dulu itu... Dua puluh tahun lalu, Dalic berada di tribun stadion untuk mendukung perjuangan Davor Suker cs melawan tuan rumah Prancis. Dari bangku stadion itu Dalic hanya bisa menatap iba, melihat kesedihan yang terpancar di mata Sukerman cs ketika ditaklukkan Zidane cs...

Kini Dalic berada di bench pelatih dan bertanggung jawab penuh untuk menentukan nasib mereka sendiri, apakah mereka akan tertawa atau menangis.

Secara teknikal, tak ada lagi yang dapat dilakukan. Dalic hanya bisa berbisik kepada anak-anaknya, "jemputlah rindu itu dengan segenap jiwa ragamu, dengan segenap cintamu, dengan segenap kasmaranmu....Bermain lepas lah seperti Ballerina dari Balkan yang selalu berahi kepada musik yang mengiringinya..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun