Mohon tunggu...
Yadi supriadi wendy
Yadi supriadi wendy Mohon Tunggu... Pengrajin masalah keagamaan dan sosial

- Tertarik dengan topik-topik keagamaan, khususnya Islam juga kristologi - Memiliki pengetahuan yang baik tentang hadits dan konsep-konsep keislaman - Aktif dalam mencari informasi dan memperluas pengetahuan - Berencana untuk menulis artikel di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Syukur di Balik Perjuangan: Memaknai Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 2025   20:09 Diperbarui: 18 Agustus 2025   14:56 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari Kemerdekaan bukan sekadar hari untuk bersuka cita. Ia adalah saat yang mengajak kita berhenti sejenak, menundukkan kepala, lalu merenung. Kita sering mendengar bahwa kemerdekaan Indonesia bukan hadiah dari penjajah, melainkan buah dari perjuangan yang sangat panjang, penuh darah, keringat, air mata, bahkan nyawa. Selama lebih dari tiga setengah abad, para pahlawan kita mempertaruhkan segalanya agar kita bisa menghirup udara bebas di tanah yang merdeka ini.

Setiap jengkal tanah yang kita pijak hari ini adalah saksi pengorbanan. Setiap tarikan napas kebebasan yang kita hirup adalah warisan dari keberanian mereka.

Lebih jauh lagi, perjuangan itu memiliki resonansi spiritual yang dalam. Al-Qur'an, misalnya, pada surat Al-Baqarah ayat 49, mengingatkan tentang bagaimana Allah membebaskan Bani Israil dari kekejaman Firaun. Ayat itu menunjukkan bahwa kemerdekaan adalah sekaligus ujian besar dan anugerah agung dari Tuhan. Sejalan dengan itu, para pejuang kita meyakini bahwa kemerdekaan Indonesia adalah takdir yang harus dijemput dengan keberanian, keikhlasan, dan keyakinan pada pertolongan Allah.

Cita-Cita Luhur Kemerdekaan: Harapan Para Pendiri Bangsa

Kemerdekaan tidak berhenti pada simbol bendera yang berkibar atau lagu kebangsaan yang dikumandangkan. Di balik itu, para pendiri bangsa telah menitipkan cita-cita luhur yang tertulis dalam Pembukaan UUD 1945, terutama pada alinea keempat:

  • Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.

  • Memajukan kesejahteraan umum.

  • Mencerdaskan kehidupan bangsa.

  • Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Bung Karno kemudian merangkum visi besar itu dalam konsep Trisakti: berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Semua itu berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan satu tujuan puncak: terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Refleksi: Sudahkah Kita Sampai ke Sana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun