Narasi topik pilihan kompasiana tentang mengapa pejabat perlu membaca buku, seolah menggambarkan bahwa pejabat 'alergi' membaca buku. Streotip ini kemudian beralih bahwa mereka hanya suka pamer kemewahan, pamer penghargaan atau dalam bahasa kekinian disebut flexing. Benarkah demikian? Tidak semua benar, kedudukan untuk  menjadi pejabat melalui proses yang  panjang, melalui banyak uji kompetensi yang isinya tidak hanya tentang regulasi. Tapi  juga di test problem solving, bagaimana mereka mengambil sebuah keputusan penting.
Pengertian pejabat
Menurut undang-undang nomer 9 tahun 2010 tentang keprotokolan, pejabat terbagi menjadi satu Pejabat Pemerintahan adalah pejabat yang menduduki jabatan tertentu dalam pemerintahan baik dipusat maupun di daerah. Kedua Pejabat Negara adalah pimpinan dan anggota lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 dan pejabat negara yang secara tegas ditentukan dalam undang-undang.
Intinya Pejabat adalah individu yang memegang posisi atau jabatan tertentu dalam suatu organisasi, lembaga, atau pemerintahan. Pejabat biasanya memiliki tanggung jawab untuk mengambil keputusan, mengelola sumber daya, dan melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan tugas dan fungsi organisasi atau lembaga tempat mereka bekerja.
Apa yang harus dibaca?
Tentu saja yang paling utama adalah buku-buku tentang regulasi, juklak juknis beserta turunannya, agar dalam mengambil keputusan tidak menyimpang secara administrasi apalagi salah menggunakan uang negara karena tidak tahu aturannya.
Bukan berarti mereka lupa terhadap buku non regulasi, mereka juga tidak alergi terhadap buku bacaan yang ada di meja kerja atau diperpustakaan kantor. Seringkali dari sana muncul kekuatan, inspirasi, inovasi dan solusi kebijakan yang lebih baik.
Mereka membaca untuk memperluas perspektif, komparasi best practises dari berbagai negara atau sektor, memahami akar masalah sosial ekonomi dan pembangunan secara lebih mendalam. Mungkin ada beberapa kompasianer yang sekarang adalah pejabat. Tentunya untuk menjadi penulis, mereka harus banyak membaca.
Tak ada buku cetak, buku digitalpun jadi
Di sebuah kota kecil di pulau madura bernama Sampang, pada dinas perpustakaan dan arsip telah dibuat inovasi berupa aplikasi 'dmaca'. Yang bisa didwonload di play store. Masyarakat bisa meminjam buku secara gratis. Dalam sekala nasional ada aplikasi "IPusnas"milik perpusnas. Bisa baca buku gratis tanpa mengurangi uang saku adalah sesuatu yang membahagiakan. Walaupun terasa lebih eksklusif bila pejabat menenteng buku cetak non regulasi.