Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

The Last Firework

27 Oktober 2014   22:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:32 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku masih ingat, dulu kita selalu menikmati kembang api bersama setiap tahun baru tiba!" seruku.
"Ya, langit tahun baru memang selalu meriah!" sahut Indira.


Kami diam untuk beberapa saat, Indira duduk memandangku dengan wajah pucatku di atas kursi roda. Tapi aku sedang tersenyum memandangnya.

"setelah punya dua anak kau terlihat sedikit gemukan!" desisku.


Indira tersenyum mendengar ucapanku. Sebenarnya aku ingin berkata bahwa dia cantik sekali, tapi mulutku tak mampu mengeluarkan kata-kata itu. Kini kami duduk berdua di teras belakang rumahku setelah hampir 8 tahun kami tak pernah bertatap muka. Indira tinggal di Padang setelah menikah dengan Frans, senior kami di fakultas hukum dulu.

Aku dan Indira adalah teman sejak kecil, kami tumbuh bersama. Sejak SD, SMP, SMU, bahkan kami masuk Universitas yang sama, fakultas yang sama. Sampai kebersamaan kami harus berakhir sejak Seniorku memintaku mendekatkannya dengan Indira. Gadis pujaanku sejak Sekolah Dasar. Aku melakukannya, dan akhirnya mereka menjalin hubungan. Aku hanya tak menyangka, kalau hubungan mereka akan sampai di pelaminan. Sedari dulu aku selalu ingin menyatakan perasaanku setiap kami melihat kembang api bersama di malam tahun baru, tapi jika saat itu tiba mulutku malah jadi kelu. Rasanya ada yang mencekik jakunku dengan kencang hingga aku tak mampu bersuara. Dan bodohnya....kenapa aku setuju mencomblangkan Frans dengan Indira. Aku jadi menyesal saat aku tahu Indira menerima cinta Frans.

Seharusnya ku katakan padanya sejak dulu bahwa aku sangat mencintainya, mungkin aku bisa menikmati cinta yang indah bersamanya. Tapi sejak aku tahu bahwa diriku mengidap kelainan jantung, aku jadi merasa.....bahwa aku tidak menyesal menyatukan Frans dengan Indira. Frans pria yang baik dan bertanggung jawab. Selama mereka pacaran, Indira tak pernah curhat padaku bahwa Frans menyakiti hatinya atau apa. Dan aku senang, kini mereka memiliki putra-putri yang tampan dan cantik. Setidaknya Frans masih bisa menemaninya entah sampai kapan, karena dia sehat dan tidak penyakitan seperti diriku.

*****

Aku sudah menjalani beberapa operasi, tapi jika tidak ada donor jantung bagiku maka aku tidak akan hidup lebih lama lagi. Dan aku sudah pasrah, semua gaji yang ku tabung saat masih bekerja sebagai pengacara sudah habis untuk pengobatan. Bahkan orangtuaku juga mengekuarkan banyak biaya untuk pengobatan yang hingga kini tak ada hasilnya. Aku tak mau membuat kedua orangtuaku lebih susah, maka aku memutuskan untuk pasrah dengan semua yang terjadi padaku. Jika memang Tuhan menghendakiku mati, pengobatan apapun yang di usahakan pasti tidak akan berhasil. Bukankah tidak seorang pun di dunia ini yang bisa melawan takdir yang sudah di gariskan -NYA.

"Indi, maukah kau mendorongku ke kolam?"
"Apa?"
"Maksudku, aku ingin kita ngobrol di dekat kolam."
"Oh...., kupikir....!"
"Aku menyuruhmu mendorongku ke dalam kolam agar segera mati. Aku tak butuh lakukan itu!"
"Akmal....!"
"Aku ingin melihat kembang api sekali lagi bersamamu sebelum aku pergi!"


Dia menatapku dengan mata yang berkaca-kaca, tanpa berkata ia pun bangkit dan mendorongku menuju kolam. Kami berhenti di pinggir kolam, langit malam lumayan cerah. Bulan separo nampak bersinar indah, beberapa bintang mengintip redup. Di tepi kolam memang ada kembang api yang sudah aku siapkan tadi sore. Rencananya aku ingin melihat kembang api sendiri malam ini, tapi beberapa saat lalu aku di kejutkan oleh kedatangan Indira bersama suami dan anak-anak mereka. Ternyata orang tuaku yang sengaja mendatangkan mereka dan menceritakan semuanya. Entah apa saja yang ayah dan ibuku ceritakan pada mereka. Hingga sekarang aku bisa bicara berdua dengan wanita yang aku cintai sejak kami masih sama-sama mengeja huruf di SD.

Indira berlutut di sampingku, ia meraih lenganku.

"Kenapa kau tak pernah mengatakannya padaku?"
"Katakan apa?" tanyaku.
"Bahwa kau mencintaiku sejak dulu!"


Aku terdiam, menatapnya.

"Indi!" desisku,
"Apa kau tidak tahu....., aku selalu menunggumu mengatakan bahwa kau suka padaku. Tapi kau malah memberikanku pada orang lain. Ku pikir...., kau memang hanya menganggap kita sebagai teman. Kenapa lakukan ini pada kita?"


Aitmatanya menetes, aku baru tahu bahwa ternyata aku salah selama ini. Ku pikir Indilah yang hanya menganggapku sebagai teman. Ternyata....dia menungguku. Dia menungguku menyatakan perasaanku padanya. Jadi aku tidak bertepuk sebelah tangan?

"Maafkan aku! Setelahku pikir....ternyata seperti ini lebih baik. Aku percaya Frans bisa menjagamu dengan baik. Jika kau menikah denganku.....aku pasti sangat merepotkanmu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun