"Alisa!"
Suara itu membuat Alisa harus menunda saat hendak membuka pintu rumahnya, ia menoleh. Ridwan dan Nadine berdiri tak jauh darinya,
"Alisa, kita perlu bicara. Tadi siang aku ke sanggar, aku....!"
"Kamu tahu apa yang terjadi tadi pagi," potongnya, Nadine mengangguk. "baguslah!" sahut Alisa kembali membalikan badan tetapi, "Alisa!" sekali lagi Nadine memanggilnya. Membuatnya harus terdiam,
"Itu tidak benar kan?"
"Menurut kalian?"
"Alisa...., bisakah kita bicara secara lebih baik. Bukankah kita teman?" pinta Nadine, "teman!" desis Alisa dengan senyum getir, "memangnya kamu menganggap aku teman?"
"Kenapa kamu bicara seperti itu, aku menemuimu untuk meluruskan apa yang terjadi di antara kita!"
"Tidak ada yang perlu di luruskan!" lantang Alisa, "karena semuanya sudah jelas.....," Alisa menatap keduanya, "kamu sudah mendapatkan semuanya, jadi jangan ganggu aku lagi!"
"Alisa!" mata Nadine mulai sembab, "aku benci kalian, aku benci semuanya!" serunya membuka pintu dan menenggelamkan dirinya ke dalam rumah. Nadine langsung berhambur, sayangnya pintu sudsh terkatup dan terkunci. "Alisa!"
Alisa bersandar pintu dengan berurai airmata, maafkan aku Nadine, maafkan aku!