Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Price of Blood #Part 10

15 Februari 2015   23:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:08 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Part 10


Sesampainya di rumah Sharon langsung berhambur ke kamarnya, ia berjongkok di depan meja belajarnya, membuka laci nomor dua dan menghamburkan isinya ke lantai. Ia mengaduk semua barang itu hingga menemukan sebuah album keluarga besar. Ia membuka halamannya dengan cepat dan berhenti di suatu tempat. Di sana ada beberapa foto wanita, dua di antaranya sedang berangkulan dengan Danny dan sisanya sendirian. Ia meraba foto itu,
"Memang benar dia orangnya!" desis Sharon. "jadi itu benar?"

Danny sibuk di dapur bersama Toni, "belakangan ku lihat kau banyak pikiran!" guman Toni, "ada beberapa kejadian tak terduga, paman!"
"Itu sering terjadi kan?"
"Jujur, aku sangat khawatir kali ini."
"Cobalah untuk rileks dan fokus, bukankah kau sedang cuti. Tapi sepertinya duniamu tak mengijinkannya!"
"Ini resiko yang harus ku ambil dari pekerjaanku, aku hanya khawatir terhadap Sharon!"

Sharon muncul ke dapur, ia sudah mandi dan ganti pakaian. "biar aku yang selesaikan, kalau papa yang menangani nanti malah semua bahan makanan ini masuk kantong mayat hitam dan berakhir di tempat pembuangan sampah!" selanya merebut pisau di tangan Danny. "ok, dapur memang bukan keahlianku!" katanya menyerah. Ia mencuci tangannya di wastafel, "papa tidak akan kemana-mana setelah ini kan?" tanya Sharon.

"Memangnya kenapa?"
"Ada sesuatu yang mau aku bicarakan, penting sekali!"
"Apa itu?"
"Nanti saja!"
"Jangan membuatku penasaran!" protes Danny, sebelum Sharon menyahut lagi hp Danny berdering. Ia segera mengangkatnya, itu Frans. "ya!" jawab Danny seraya berjalan meninggalkan dapur. Sharon meliriknya.

*****

Karen dan Sammy menuju rumah, mereka baru saja ke kantor setelah siang karena Karen harus menyelesaikan pekerjaannya terlebih dulu. Karen melirik putranya, "sepertinya kau berusaha membuka kedokmu dari Sharon!" desis Karen.
"Memangnya kenapa, apa kau sungguh tak ingin mereka tahu?"
"Apa yang kau harapkan jika mereka tahu?"
"Status yang jelas!"
"Sammy!"
"Hanya mengetahuinya saja tidak cukup bagiku, aku ingin bisa memanggilnya....." Sammy terdiam, "Dad!" desisnya.
"Kau memiliki namanya, bahkan kau memikili semua yang ada pada dirinya. Apakah cintaku padaku masih tidak cukup?"
"Aku tak memilikinya dalam status, tetap saja aku anak haram!"

Karen menghentikan mobilnya seketika, "enough Sammy!" kesalnya, "jangan katakan itu lagi, apa aku pernah memperlakukanmu seperti itu?" marahnya, "atau....kau menyesal karena aku tak bisa memberimu seorang ayah yang nyata? Begitukah? Baik, kau ingin ayah kan! Akan ku carikan seorang ayah untukmu, sesegera mungkin. Siapa pun orangnya!" Karen melempar pandangannya ke depan. Ia menghela nafas panjang.
"Mencari seorang suami yang bisa menjadi ayah yang baik untukmu tidaklah mudah. Aku sudah mencobanya, kau tahu aku sudah mencobanya.....dan kau juga tahu itu tidak pernah berhasil!" tangisnya.
"Istrinya sudah meninggal, jika kau masih mencintainya kenapa tak kau katakan saja padanya tentang semua ini!" sahut Sammy, "dia tidak mencintaiku?" timpal Karen.
"Dia mengejarmu saat di restoran, apakah itu tidak menjelaskan apapun?"
"Kau tidak mengerti!"
"I Understood, I do!"

Karen menatap Sammy, "kau memintaku kembali ke negara ini, agar kau bisa bertemu dengannya. Sudah ku berikan keinginanmu, tapi apa kau mengerti sesuatu...... Semua yang kakekmu lakukan padanya, aku masih tak bisa memaafkan itu. Aku tahu ini tidak adil untukmu, tapi aku mohon.....kau segala bagiku Sammy. Aku akan mengorbankan apapun untukmu, tapi jangan untuk hal ini.....aku belum siap!"
"Mom!"
"Apa kau tahu semua ini begitu menyakitkan, sampai detik ini....ya. Aku masih mencintainya, tapi kehadiranmu menggantikan semuanya!" jelas Karen, "apa menurutmu....dia akan menikahiku karena aku melahirkanmu? Jika memang begitu, dan jika itu bisa membuatmu bahagia. Baiklah....., kita ke sana sekarang!"
Sammy menatap mamanya, ia tahu bahwa mamanya tak ingin Danny menikahinya hanya karena adanya dirinya bukan karena mencintainya. Karen mulai menjalankan mobilnya kembali, "Mom, I'm sorry!" desis Sammy. Karen tak menyahut, "I didn't meant to hurt you!" tambahnya.

"Tidak, mungkin memang aku yang egois selama ini. Tapi kau alasannya kenapa aku tak memberitahu Danny soal kehamilanku saat itu. Kau sudah tahu alasannya!"
"Aku lelah, dan aku mau pulang saja. Harusnya aku tak menuntut hal yang sulit padamu, aku yang egois, iya kan!" jawab Sammy.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun