Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Kecil Dalam Sekapan Itu...

5 September 2016   14:35 Diperbarui: 5 September 2016   14:41 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.spideronlines.com"][/caption]Suara berisik membuatku terbangun, rasa pening itu masih belum hilang juga. Belakangan aku merasakan rasa sakit secara berkala di dalam tempurungku, aku tak tahu penyebabnya. Yang jelas, beberapa minggu terakhir kepalaku serasa mau pecah saja.

Ku dudukan diriku bangkit, suara berisik yang menggangguku belum hilang juga rupanya. Apakah mereka tak bisa menciptakan ketenangan sejenak saja?

Kuseret kakiku menyibak pintu yang sengkrek itu, memunculkan diriku, "hei, apa kalian tak bisa tenang sebentar saja?" geramku.

Mereka sedang main remi dengan ditemani beberapa botol bir, Tono dan Aris melirikku nanar.

"Jika kau tak mau bergabung, jangan mengganggu!" seru Heru,

"Kalau merasa terganggu ya minggat saja, apa susahnya." kesal Tono ketus lalu menyambar sebotol bir, langsung meneguk dari mulut botolnya.

"Hei, daripada kau tak melakukan apapun. Mending kau urus itu bocah, dari tadi berisik!" suruh Karno, yang setahuku ketua perkumpulan ini. Dia menunjuk ujung ruangan dengan dagunya. Aku pun memutar pandanganku ke arah yang ditunjuknya, aku baru sadar ternyata ada seorang bocah di lantai yang terikat, mulutnya dibekap lakban, kakinya yang bebas menendang-nendang tak karuan. Mulutnya mengeluarkan suara dalam tangis yang hanya terdengar seperti berguman, wajahnya basah oleh airmata. Rambutnya yang dikepang dua sudah berantakan.

"Anak siapa bang?" tanyaku, karena seingatku tadi sebelum kubaringkan diriku di kamar pengap itu si bocah belum ada.

"Ya anak oranglah!" sahut Karno,

"Kalian menculiknya?" tanyaku. Karno dan anak buahnya memang sering disewa oleh orang-orang berduit untuk menjagal atau menculik orang. Pokoknya siapa saja yang bisa menyewanya dengan harga yang pantas sesuai resiko yang akan diterima.

"Jangan banyak bertanya, urus saja. Aku masih ada urusan!" katanya berdiri dari duduknya, "kalau mereka yang urus, bisa-bisa anak itu mati dihajar. Kita butuh anak itu utuh kalau mau duit!" sambungnya lalu pergi meninggalkan tempat ini. Ku pandang anak kecil itu yang belum mengetahui adanya diriku. Dia nampak ketakutan. Sudah pasti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun