Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu...

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Price of Blood #Part 22

5 Mei 2015   14:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:21 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Part 22

Jendral Jonan membawa beberapa pasukannya menuju TKP, ia bahkan membawa dua helikopter. Sejauh ini Danny memang belum menghubunginya, ia malah menyuruh orang tidak jelas untuk menghubunginya. Tapi terus terang secara samar ia seperti mengenali suara pria itu.


Di banding dengan teman-temannya yang lain ia merasa beruntung karena dirinya maupun keluarganya belum menjadi korban balas dendam Ferian Fernandes. Tapi kenapa Ferian menyisakan dirinya dan Danny? Bukankah seharusnya kalau mau dia bisa saja membunuh Danny atau keluarganya, atau bahkan dirinya? Sementara Jonan memikirkan hal itu dalam perjalanan Danny dan putrinya sibuk mengurusi beberapa anak buah Ferian.


Begitupun Budi yang sekarang sedang berusaha membantu Danny di dalam, Erika memang menjadi satu-satunya alasan dirinya berubah. Tapi di balik itu Danny Hatta juga memiliki peran sebagai teman Erika, ia tidak akan menyesal meskipun harus mati di dalam pertempuran membantu pria itu. Setidaknya ia mati bukan sebagai penjahat.


Danny bertarung fisik dengan beberapa orang di bantu putrinya, mereka juga masih sempat menggunakan senjata api. Tapi untungnya mereka tak terlalu tangguh sehingga dengan mudah bisa di lumpuhkan. Sementara Anton baru saja menaruh beberapa jenis serum ke dalam sebuah tas koper, setelah itu ia pergi terburu-buru dari ruangan itu dengan di kawal beberapa orang. Danny dan Sharon berjalan perlahan menyusuri lorong panjang, mereka sudah memasuki ruangan tempat Sammy berada tapi anak itu tak ada di sana.


"Aku khawatir orang itu melakukan sesuatu yang buruk terhadap Sammy!" cemas Sharon, "dia bicara pada kalian sebelumnya?" tanya Danny. "ya....dia bicara soal putranya yang sudah meninggal, dia bilang dia ingin putranya itu kembali. Tapi orang yang sudah mati tak mungkin bisa hidup kembali kan, apakah itu sebabnya dia membiarkan kami hidup?"

"Apa maksudmu?"

"Dia bilang seseorang membunuh putranya, apa orang itu papa?"

"Aku tidak tahu!"

"Dari kata-katanya......dia seperti bermaksud mengambil kami dari papa. Sepertinya dia memang mengira papa yang membunuh putranya!"


Danny menghentikan langkahnya, ia jadi teringat wanita itu dan bayinya 18 tahun lalu. Apakah bayi itu bayi Ferian? Dan Ferian menganggap dirinya yang membunuh bayi itu? Tapi.....bukankah tak ada orang lain lagi yang tahu selain timnya saat itu. Tapi artikel yang tercetak di surat kabar dini harinya memang bisa mengarah ke sana, dan itu ulah Jendral David. Sial! Danny memaki dalam hati, sudah mati saja masih menyisakan masalah. Jendral David memang bajingan, dia tak pantas menjadi seorang perwira.


"Papa kenapa?" desis Sharon, Danny menoleh putrinya. "jangan takut, papa tidak akan membiarkan siapapun merenggut kalian dariku!"

"Aku percaya papa bisa mengatasinya, tapi bagaimana kita akan keluar dari sini?"

"Aku bisa masuk, lalu apa susahnya mencari jalan keluar!"

"Iya kalau kita bisa keluar dengan nafas kita,"

"Sudah jangan banyak bicara!" seru Danny melanjutkan langkahnya, putrinya mengikutinya.


Mereka memasuki sebuah ruangan besar, itu seperti ruangan lab. Tak ada siapapun di sana, keduanya tetap melangkah secara hati-hati. Danny mendekati peralatan itu, "papa apa ini?" tanya Sharon.

"Sepertinya ini tempat mereka membuat serum beracun itu," Danny melangkah hingga mendapati beberapa kandang yang berisi beberapa binatang, ketika dirinya menyentuh kandang yang berisi anjing kecil. Anjing itu langsung menyerangnya hingga membuatnya segera menarik tangannya kembali,


"Apa yang terjadi pa?"

"Mereka tidak seperti biasa, mereka jadi....sedikit ganas!"

"Bukankah anjing terkadang memang suka menyerang?"


Danny menggeleng pelan, "tidak seperti ini!" ia bergeser menatap kelinci di kandang berikutnya, juga ada beberapa tikus dan iguana. Ia memutar pandangannya ke seisi ruangan, ada sebuah tempat yang sepertinya berisi beberapa tabung kecil dari cairan berwarna biru dan hijau. Danny mengamati tabung-tabung itu, Sharon mengikutinya.


"Apakah cairan-cairan ini....serum beracun itu?" tanya Sharon,

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya.....ini serum yang lainnya!"

"Kalau kita bisa keluar dari sini ku rasa kita harus membawa barang-barang ini!"

"Itu sudah pasti!"


Sharon melangkah menjauh dari papanya, ia mendekati sebuah ruangan di dalam ruangan itu. Tepatnya berada di pusat ruangan itu, ada pintu kaca yang sepertinya hanya bisa di buka dengan keycard. Dan di dalam ruangan itu ada sebuah tempat yang menyerupai tabung yang lumayan besar, Sharon mengamati tempat itu.


"Papa, coba lihat ini!" teriaknya.


Danny menoleh dan menghampiri putrinya, ia ikut mengamati tempat itu dari luar kaca. "menurut papa apa isi dari tabung itu?" Danny tak menyahut, ia hanya diam memandang benda di dalam ruangan kaca itu. Apakah itu salah satu racikan gas beracun yang di ciptakan oleh Ferian? Sepertinya ruangan ini penuh dengan zat yang berbahaya, lebih baik ia membawa putrinya keluar dari ruangan itu.


"Sebaiknya kita keluar dari sini dan mencari Sammy, itu lebih penting dari sekedar membawa barang bukti!" ajaknya. Sharon merapat padanya, "aku jadi sedikit takut!" desisnya.


Danny menyentuh lengan putrinya yang menggandengnya, "jangan khawatir, papa akan menjagamu. Ayo!" katanya mengajak putrinya melangkah keluar. Tapi pintu itu malah terbuka, membuat keduanya menghentikan langkah. Ferian muncul memasuki ruangan itu, ia sudah tak terkejut karena ia memang tahu keberadaan Danny melalui kamera cctv. Beberapa orang bersenjata ikut masuk, di antara orang-orang itu ada Sammy. Tapi anak itu hanya diam terpaku tanpa reaksi.


"Sammy!" desis Sharon,


Danny sedikit menepiskan putrinya ke belakang tubuhnya, "tak ku sangka aku akan kedatangan tamu secepat ini!" seru Ferian dengan senyuman. "kau sungguh memiliki nyali yang besar karena datang seorang diri, tak heran......aku banyak mendengar tentangmu di media, bahkan di dunia international. Tapi biasanya.....semua orang pasti punya kelemahan bukan!"


"Apa sebenarnya maumu, jika aku yang kau inginkan tak seharusnya kau melibatkan anak-anak!"


Ferian tertawa......


Tapi setelah itu wajahnya berubah geram, "beraninya kau bicara seperti itu, apa kau pikir kau suci? Lalu bagaimana dengan bayi yang tidak berdosa.....apa kalian memberinya kesempatan untuk hidup? Kalian mengincar kakakku, tapi kenapa kalian juga membunuh wanita dan bayinya yang tidak tahu apa-apa?" teriak Ferian.


"Aku minta maaf atas hal itu, tapi aku tidak membunuhnya. Aku justru berusaha membujuknya agar dia bisa keluar dengan aman!"

"Kau pikir aku percaya?"

"Kami tidak tahu kalau ada bayi di sana,"

"Kalaupun kalian tahu, apakah kalian tidak akan menyerang tempat itu. Itu tidak mungkin kan, kenyataannya.....kau membunuh istri dan bayiku!"


Danny menghela nafas, "aku tidak membunuhnya, aku berusaha menyelamatkannya!" bela Danny, "tetap saja mereka mati mengenaskan!" potong Ferian, "ada luka tembak di lengan Selina, bisa kau jelaskan itu?"


Ada kediaman sejenak, Danny mengingat kembali masa-masa itu. "istrimu menodongku dengan senjata api saat aku mencoba bicara dengannya, temanku pikir....aku dalam bahaya itu sebabnya dia membidik lengan istrimu!"

"Dia bahkan tak pernah menggunakan senjata api!" bela Ferian,

"Siapapun bisa memegangnya asalkan tersedia, apalagi saat mereka merasa terancam meski sebelumnya tak pernah menyentuhnya!"

"Kau terlalu banyak bicara!"

"Aku bisa mengerti jika kau marah atas kematian istri dan anakmu, terutama dengan artikel yang muncul setelah insiden itu. Terus terang.....aku juga tidak setuju dengan apa yang tertulis di sana tentang mereka, tapi lihatlah....kau bahkan sudah membunuh semua anggota kami yang saat itu terlibat dalam penyergapan. Jadi lepaskan anak-anakku, kau boleh membunuhku!"


"Papa!" desis Sharon hendak menggeser dirinya tapi Danny kembali menepikan tubuhnya. Ferian sedikit tercengang, lalu sebuah tawa kembali muncul dari mulutnya.


"Membunuhmu....sudah pasti aku akan membunuhmu, tapi aku tidak akan melepaskan anak-anakmu. Putramu bisa menjadi alat yang hebat untukku, dan putrimu......!" Ferian sedikit menggeser matanya untuk menemukan wajah Sharon, "dia juga bisa berguna untukku, dia akan tumbuh jadi gadis yang cantik. Mungkin.....aku akan menjualnya ke seluruh dunia, kau suka itu?"


Danny mengepalkan tinjunya dengan geram, menggerutu sehingga ada sedikit bunyi gemeretak dari giginya. Sementara Sharon meremas baju ayahnya dari belakang untuk menepis ketakutannya. Danny melirik Sammy yang hanya diam membisu dan terpaku. Apa yang terjadi padanya? Apa yang di lakukan Ferian padanya?


*****


Sementara pasukan Jonan mulai memasuki tempat itu, ada yang mengendap. Ada yang mulai menerobos masuk, di sisi lain Budi juga masih sibuk bertarung dengan beberapa orang. Dan rombongan Anton menuju ke arahnya. Jonan merasa harus ikut terjun langsung juga, iapun memimpin langsung penyergapan itu. Karena ia tahu Danny sudah berada di dalam, pasti pintu masuk sudah lebih mudah di terobosnya, ia membagi semua anak buahnya ke seluruh penjuru tempat itu. Termasuk ke basement tempat Anton akan menuju untuk bisa kabur dari jalan rahasia. Terdengar baku tembak dan juga perkelahian fisik di antara mereka. Tapi ternyata musuh sudah banyak yang jatuh sehingga mempermudah jalannya.


Beberapa anak buah Ferian menyerang Danny, Sharon ikut melawan sehingga terjadi perkelahian di ruangan itu sementara Ferian hanya menonton. Kali ini orang-orang yang bersama Ferian lebih tangguh daripada semua yang berjaga tadi sehingga membuat Sharon yang tentu masih di bawah umur jadi kewelahan. Di ruangan lain, profesor Kemal tergeletak bersimpah darah. Setelah apa yang di lakukannya terhadap Sammy berhasil Ferian meledakan kepalanya dengan sebuah timah panas, orang tua itu sudah tidak berguna lagi. Lagipula semua serum yang ia butuhkan sudah sempurna, setelah Danny Hatta mati ia akan kabur keluar negeri dan mendapat banyak uang dari hasil karyanya itu.


Salah satu anak buah Ferian berhasil meringkus Sharon, menangkap tubuhnya dari belakang seraya mencengkeram lehernya dengan kuat, "papa!" seru Sharon, Danny yang sedang membanting seseorang dan hendak mematahkan tangannya menghentikan aksinya. Ia menoleh ke arah suara putrinya, ia tercengang ketika orang yang mencengkeram Sharon justru menempelkan moncong senjata apinya ke sisi kepala Sharon. Perlahan Danny melepaskan tangan orang itu dan berdiri. Ia tahu para penjahat selalu menggunakan orang-orang tersayang sari musuhnya untuk bisa mengalahkannya. Jika Ferian tega menembak istri dan anak Putra yang masih kecil, tidak menutup kemungkinan dia juga bisa benar-benar menembak Sharon. Sudah cukup ia melihat Sarah mati tertembak di depan matanya karena kebodohannya sendiri, dan itu tidak akan ia biarkan terjadi pada Sharon ataupun Sammy.


**********


A Danny Hatta Novel Trilogi ;


# Price of Blood (the last novel)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun