Yang menarik, metode pembayaran dalam bazar ini sangat modern. Selain tunai, siswa bisa menggunakan e-money, sebuah langkah inovatif yang sejalan dengan perkembangan zaman dan kebiasaan siswa masa kini. Hanya dalam waktu empat jam (08.00-12.00), sudah tercatat 30 buku terjual di hanya satu dari dua stand yang tersedia, sebuah angka yang menunjukkan antusiasme yang luar biasa mengingat ini adalah hari pertama dan acara baru dimulai. Â
Meski baru hari pertama, antusiasme yang ditunjukkan oleh warga AAIBS sungguh memukau. Sejak pagi buta, siswa sudah berkerumun di depan stand, memilah-milah buku, bertanya pada petugas, atau sekadar melihat-lihat koleksi yang tersaji. Tak hanya santri-santriwati, orang tua murid yang tengah menunggui anaknya bertanding dalam lomba HUT RI juga ikut serta. Mereka tak segan membeli buku untuk anak atau bahkan untuk diri sendiri. Â
Salah satu pembeli, Syafiq, santri kelas 10 KUI, mengaku sangat tertarik dengan koleksi yang ditawarkan. "Banyak sih buku yang menarik, saya jadi pengen beli banyak. Tadi udah beli dua buku: Seni untuk Bersikap Bodoh Amat dan The Principle of Power. Harganya sekitar Rp200.000 untuk dua buku," ceritanya dengan mata berbinar. Syafiq, yang mengaku menyukai novel, filsafat, dan buku self-improvement, menilai acara ini sangat bermanfaat.
Â
Tak jauh berbeda, Muhammad Farhan Raka Lubis, siswa kelas 10 KUI Agama, juga tak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Alhamdulillah saya nggak nyangka, karena sebelum ini kan kayaknya ini first time ada bazar buku dari Gramedia. Lumayan rame yang beli buku, ada novel, seni berbicara, motivasi, dan buku Islam juga banyak," ujarnya. Farhan, yang juga merupakan panitia acara dari OSSAA (Organisasi Santri-Santriwati Al-Azhar Asy-Syarif Sumatera Utara), menambahkan bahwa acara ini penting untuk mendorong minat baca di lingkungan sekolah. Â
Evaluasi dan Saran untuk Event SerupaÂ
Meski sukses, ada beberapa evaluasi dan saran untuk perbaikan event serupa di masa depan. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan beberapa pihak, berikut adalah poin-poin penting: Â
1. Perluasan Durasi Acara
Banyak siswa dan guru yang berharap acara tidak hanya satu hari. "Satu hari terlalu singkat. Padahal banyak yang ingin beli tapi kehabisan waktu karena harus ikut lomba," ujar Farhan. Ia menyarankan agar minimal dua hari atau diadakan saat akhir pekan. Â