Mohon tunggu...
XAVIER QUENTIN PRANATA
XAVIER QUENTIN PRANATA Mohon Tunggu... Dosen - Pelukis kehidupan di kanvas jiwa

Penulis, Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ganjal Puanowo Dipacul

26 Mei 2021   11:22 Diperbarui: 26 Mei 2021   11:41 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase TribunKaltara.com / Kompas.com/Riska Farasonalia Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Perbandingan Elektabilitas Ganjar Pranowo dan Puan Maharani, Siapa yang Lebih Unggul?, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/05/24/perbandingan-elektabilitas-ganjar-pranowo-dan-puan-maharani-siapa-yang-lebih-unggul. Penulis: Shella Latifa A Editor: Sri Juliati

Siapa politikus Indonesia paling populer minggu ini? Ganjar Pranowo dan Puan Maharani! 'Insiden' tidak diundangnya Ganjar oleh Puan saat ketemu kader PDIP di Semarang dan cuitan Puan Maharani membuat netizen menduga adanya 'keretakan' di antara elit partai berlambang banteng itu.

"Pemimpin menurut saya, itu adalah pemimpin yang memang ada di lapangan dan bukan di sosmed," kata Puan Maharani saat memberikan arahan di Kantor DPD PDIP Jateng, Panti Marhaen, Semarang, Sabtu (22/5/2021).

Siapa lagi yang 'ditembak' Puan jika bukan Gubernur Jateng yang memang gemar bermedsos. Jika Ahok dulu menyapa penduduk DKI dengan membuka pintu kantornya pagi-pagi sekali, Ganjar memilih melakukannya via medsos. Tidak ada salahnya sih. Pertama, zaman sekarang, siapa yang tidak bermedsos. Dengan menyapa warga via medsos, Ganjar justru dipersepsikan gaul dan tidak jadul. Kedua, di masa pandemi seperti ini, bukankah menjaga silaturahmi lewat medsos justru dianjurkan?

Bambang Wuryanto juga 'menembak' gubernur berambut putih ini. "Wis tak kode sik. Kok soyo mblandang, ya tak rodo atos (sudah saya kasih kode duluan. Kok semakin terus saja, ya saya agak keras). Saya di-bully di medsos, ya bully saja. Saya tidak perlu jaga image saya," katanya.

Ganjar tidak diundang karena dianggap bermanuver menjelang pilpres 2024. Apa salahnya? Bukankah setiap warga negara berhak dipilih dan memilih. Bisa jadi karena elektabilitas Ganjar jauh melampaui keterpilihan Puan. Survey capres pun bukan inisiatif gubernur yang suka berpakaian daerah ini. Jika karena hal itu lalu dia 'dipacul' dan 'diganjal' yang risiko. Bukankah pohon yang semakin tinggi justru mendapat tiupan angin yang semakin keras?

Faksi dan friksi di sebuah partai politik lumrah terjadi. Jika melihat perkembangannya, semakin ke sini tampaknya Ganjar justru lebih diuntungkan. Saat di-bully, elektabilitasnya semakin melejit. Bisa jadi banyak orang---apalagi arus bawah partai berlambang benteng moncong putih ini---yang ikut merasa dirundung. Pengamat politik sampai orang yang cangkruk di warung kopi ikut berkomentar. Meme tentang Puan dan Ganjar pun bertabaran, yang paling populer berbunyi: "Gak penting apa kata puan. Yang penting apa kata Tuhan" disertai tagar Ganjar 2024. Budayawan sekelas Sujiwo Tejo pun menulis satire berjudul "Kata Bagong, Ganjal Puanowo!"

Ramailah jagat media baik mainstream maupun medsos. Di satu sisi keinginan warga PDIP agar 'orang pedot oyot' (trah Soekarno tidak sampai putus) memang mencuat, tetapi di sini lain, keinginan untuk mengangkat orang yang bisa meneruskan Jokowi menguat. Survey yang diadakan SMRI awal April menunjukkan bahwa kebanyakan pendukung Jokowi memilih Ganjar.

Mengapa ganjar? Bisa jadi karena sama-sama orang yang 'ngjawani', perilaku yang mirip dengan Jokowi. Meskipun prestasinya tidak semoncer Jokowi atau Ahok, Ganjar dianggap moderat dan bisa mengayomi berbagai kalangan masyarakat, khususnya rakyat kecil. Unggahannya di Instagram saat makan mie di malam hari mendulang banyak 'like' dari follower-nya yang mencapai jutaan.

Bisa jadi karena dukungan terhadap Ganjar justru menguat setelah kasus ini, ditambah dengan 'ancaman' bahwa Ganjar bisa saja dipinang partai lain, membuat elit PDIP berhati-hati dan irit bicara. Saya mendiskusikan hal ini dengan anak saya, sambil sarapan anak sulung saya nyeletuk, "Bukankah ini strategi partai agar kadernya mencuat?"

Bisa ya. Bisa tidak. Saat melihat bagaimana ekspresi wajah Bambang Wuryanto yang tampak gemas dengan 'manuver' Ganjar, rasanya bukan. Pasti ada elit partai yang gerah dengan Ganjar yang semakin hari namanya makin berkibar. Namun, pasti ada juga yang bersimpati dengan Ganjar.

Sebagai rakyat kecil, saya percaya Bu Mega bisa mengambil keputusan yang bijak: tetap mengusung Puan meski elektabilitasnya kurang atau dengan besar hati membuka peluang kader lain, termasuk Ganjar, untuk maju. Bukankan keputusan yang sama pernah Mbak Mega lakukan saat pilplres yang lalu? Alih-alih maju sendiri, dia mempersilakan Jokowi yang naik panggung dan terbukti sukses. Apakah kasus Ganjar-Puan semacam dj vu? Kita tunggu!

  • Xavier Quentin Pranata, pelukis kehidupan di kanvas jiwa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun