Mohon tunggu...
Uhan Subhan
Uhan Subhan Mohon Tunggu... Pengajar dan Petualang -

penulis. pengajar. petualang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Tengah Alun-alun

31 Januari 2011   15:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cerita Mini Badui U Subhan

Itu dia. Itu... yang dikelilingi tiang-tiang lampu itu... Nah, iya, iya itu.

Biar lebih jelas, ayo kita mendekat..

Nah, inilah. Mirip benar, bukan? Seperti yang pernah kubilang, betapa sempurna. Aku yakin pembuatnya bukan orang sembarangan. Ya, setidaknya, menurutku, dia pernah kuliah di jurusan seni rupa. Karya sebagus ini mana mungkin cuma bikinan orang biasa.

Sekarang kau yakin? Ya, ya, sudah kuduga kau pasti akan sulit percaya. Tapi, lama-lama juga kau akan percaya. Lihat itu alisnya, matanya, hidungnya. Gigi-giginya pun mirip benar, bukan? Ada gingsulnya. Aku juga heran, dari mana dia tahu gigi-gigiku ada gingsulnya? Tapi itu belum seberapa. Lihat, lihat baik-baik, itu di perutnya. Dari mana dia tahu ada bekas tusukan pisau?

Ah, wajah siapa lagi kalau itu bukan wajahku? Ya, kalau bicara kemungkinan, mungkin saja ada yang mirip denganku. Tapi, apa benar juga ada bekas tusukan pisau di perutnya? Lihat, lihat baik-baik, bekas tusukan itu hampir lima senti. Sekarang ini, lihat ini, hampir lima senti, bukan? Dan anehnya tepat benar di perut sebelah kiri!

Aku senang. Ya, jujur saja, aku senang. Tiba-tiba ada orang yang mau mengabadikan aku dalam karya sebagus ini. Tanpa bayaran. Maksudku, aku tak pernah meminta siapa pun untuk membuat karya seperti ini. Entah kalau dia dapat bayaran dari orang lain. Tapi siapa? Siapa orang yang menyuruhnya? Dan, untuk apa? Coba kau pikir, aku ini siapa? Terus terang saja, kau juga tentu tahu siapa aku. Aku ini bukan orang suci, bukan pahlawan, bukan dewa, bukan...

Coba kau teliti, di sini tak ada keterangan apa-apa, bukan? Biasanya, setidaknya, kalau orang bikin karya seperti ini, di bawahnya ada sedikit keterangan siapa nama tokoh ini, siapa pembuatnya, atau siapa yang meresmikannya. Nah, ini, kita tak melihat tanda-tanda itu, bukan? Ya, kalau pun pernah ada, setidaknya ada bekas-bekasnya.

Tapi, meskipun begitu, aku yakin ia adalah aku. Ya itu tadi, betapa mirip sekali wajahnya denganku. Bayangkan, semirip-miripnya aku dengan orang lain, pasti ada saja perbedaannya. Tidak ada orang yang sama persis di dunia ini. Itu, bekas luka tusukan pisau itu, kalau karya ini adalah orang lain, ah... sulit dipercaya. Sulit. Sulit!

Di tengah-tengah taman, taman alun-alun! Dihias dengan air mancur, dikelilingi bunga-bunga, dikasih lampu, dirawat, dikunjungi orang-orang! Ah... Aku yakin kau juga akan sependapat denganku, yang aku tahu, hampir di setiap alun-alun kota di negeri kita ini patung-patung yang dipajang adalah patung para pahlawan. Entah itu pahlawan nasional ataupun pahlawan daerahnya. Sedangkan ini, di tengah alun-alun sebuah kota yang cukup besar ini, yang dipajang adalah patungku. Dan hampir sebulan ini, kata informasi yang kudapat, tidak pernah ada satu pun dari sekian warga di kota ini yang merasa keberatan. Malah, katanya, orang-orang merasa senang dan menikmatinya. Aneh, bukan?

Sekali lagi, aku senang. Aku seperti telah menjadi pahlawan. Tapi aku juga kecewa, aku telah disamakan dengan para pahlawan yang tak akan mungkin kita lihat lagi sosoknya secara nyata.

Apakah ini artinya aku..... Ah!

Caraka, 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun